FILSAFAT ILMU
CABANG
UTAMA FILSAFAT :
- Ontology/Metafisika, yaitu cabanh filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan sesuatu dibalik yang tampak. Pertanyaan dasar dalam ontology adalah apa hakekat ada?.
- Efistemologi, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan. Pertanyaan dasar dalam efistemologi adalah apakah pengetahuan itu?, Bagaimana metode mendapatkannya?, Bagaimana membuktikan kebenaran suatu pengetahuan?.
- Aksiologi, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Karena itu aksiologi mempermasalahkan apakah nilai subjektif? Apakah nilai itu kenyataan? Objektifkah nilai-nilai itu? Namun, pertanyaan dasar aksiologi sendiri ialah apakah yang seharusnya saya lakukan?
OBJEK
FILSAFAT ILMU :
- Objek material ialah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material atas tiga bagian yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
- Objek formal ialah metode yang digunakan untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan dedukif. Adapun objek formal filsafat ialah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
TUJUAN
DAN IMPLIKASI FILSAFAT ILMU :
Tujuan filsafat ilmu adalah:
- Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakkat dan tujuan ilmu.
- Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapatkan gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
- Menjadi pedoman dalam mendalami studi, terutama persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
- Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
- Mempertegas bahwa alam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Implikasi mempelajari filsafat ilmu, yaitu:
- Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki landasan berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seseorang ahli ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu sosial. Sehingga ilmu yang satu antara lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerja sama yang harmonis memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.
- Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir menara gading, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial kemayarakatan.
PERKEMBANGAN
PEMIKIRAN FILSAFAT BARAT :
- Zaman Yunani Kuno
Zaman yunani kuno disebut juga periode filsafat alam, karena dimasa
ini lahir beberapa pemikir ilmu serta hasil pemikirannya yang menjadi acuan
bangsa-bangsa lain, di mana arah dan perhatian pemikrannya kepada apa yang
diamati sekitarnya.
- Zaman Pertengahan
Periode babad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama
Kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan
agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Di sinilah
yang menjadi persoalannya, karena agama Kristen itu mengajarkan bahwa tuhanlah
yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Filsafat barat
abad pertengahan juga dapat dikatakan sebagai abad gelap, karena pada saat itu
tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga tidak lagi
memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir, sebab
apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja
maka orang tersebut mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja juga dilarang
diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama, karena
yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja, sehingga
apabila ada yang melanggar larangan tersebut maka mereka dianggap murtad dan
kemudian diadakan pengejaran.
- Zaman Reneissans
Zaman renaissans ialah zaman kelahiran kembali. Pada masa ini para
ahli pikir berupaya melepaskan diri dari dogma-dogma agama. Bagi mereka citra
filsafat yang paling bergengsi adalah zaman yunani. Oleh karena itu mereka
mendambakan kelahiran kembali filsafat yang bebas, yang tidak terikat dengan
ajaran agama.
- Zaman Modern
Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu
periode yang disebut dengan renassans dan dimatangkan oleh gerakan aufklaerung
diabad ke-18 itu, di dalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh
dari gerakan renassans dan aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan
kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat dan semakin bebas dari pengaruh
otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan imu pengetahuan
didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang
kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode perkiraan dan pemikiran yang
dapat diuji. Filsaafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda
dengan periode filsafat abad pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan
itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern
tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan politiknya yang
bersifat absolute.
- Zaman Kontemporer
Pada abad ke-20 ini ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam
dunia praktis cukup besar yaitu aliran pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan
suatu sikap metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran
dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan
nilai kebenaran. Pada abad ini juga postmodernisme sebagai reaksi
terhadap pemikiran modern yang telah berubah menjadi mitos baru. filsafat
modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis abad pertengahan, menurut
kaum postmodernis telah terjebak dalam membangun mitos-mitos baru. mitos-mitos
itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikran filsafat, ilmu pengetahuan dan aplikasinya
dalam teknologi segala persoalan kemanusian dapat diselesaikan. Padahal
kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan
pemikiran-pemikiran baru. di sinilah postmodernisme menggugat modernism yang
telah mandeg dan berubah menjadi mitos baru.
PRINSIP
METODOLOGI ILMU :
Metodologi adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang
ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapat tujuan tertentu atau
pengetahuan tentang metode-metode. Sedangkan metodologi ilmu ialah pengetahuan
tentang berbagai metode yang digunakan
dalam penelitian. Adapun pandangan tentang prinsip metodologi ilmu yang
dirumuskan oleh tiga tokoh seperti Rene Descartes, Alfred Jules Ayer dan Karl
Raimund Popper yaitu sebagai berikut:
- Rene Descartes berpandangan :
a.
Akal
yang dimiliki manusia harus digunakan secara optimal.
b.
Sesuatu
yang dikerjakan sendiri lebih sempurna daripada dikerjakan secara berkelompok.
c.
Kaidah
moral adalah landasan bagi penerapan metode.
d.
Kebenaran
tidak selalu bisa ditanggap oleh indera, misalnya kita dapat membayangkan diri
kita tidak bertubuh, namun kita tidak dapat membayangkan diri kita
berinteraksi. Sehingga kita dapat meragukan segala sesuatu yang kita alami
tetapi kita tidak mungkin meragukan diri kita sendiri yang sedang dalam keadaan
ragu-ragu.
- Alfred Jules Ayer berpandangan dalam metode verifikasi yang mengatakan bahwa pengadaian untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat itu mengandung makna atau tidak, sehingga dapat diketahui kebenarannya.
- Karl Raimund Popper berpandangan:
a.
Popper
menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan
kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Karena menurutnya teori-teori ilmiah
selalu bersifat hipotesis (dugaan sementara) sehingga tidak dapat diketahui
pasti kebenarannya.
b.
Popper
menolak cara kerja metode induksi yang menemukan kebenaran melalui observasi
yang dirumuskan menjadi hipotesis, karena menurutnya sebuah pernyataan itu
dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang empiris.
c.
Popper
menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsifiabilitas, yaitu
bahwa pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Sehingga, sebuah hipotesa yang
bersifat sementara akan dapat dibuktikan kesalahannya. Misalnya pernyataan
tentang semua angsa itu berbulu putih, dan melalui prinsip falsifiabilitas ini
dapat ditemukan bahwa ada seekor angsa yang berbulu selain putih (entah hitam,
kuning, hijau, dll), sehingga dengan adanya prinsip ini maka runtuhlah
pernyataan hipotesa tersebut.
KLASIFIKASI
ILMU :
- Christian Wolff
Pokok-pokok pemikiran Christian Wolff mengenai klasifikasi ilmu
pengetahuan yaitu:
- Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita dapat menemukan sifat yang benar dari alam semesta.
- Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis.
- Ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan produk metode berpikir deduktif.
- Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir.
- Jiwa manusia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan.
- Auguste Comte
Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai
berikut:
a.
Ilmu
Pasti (Matematika) : Merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan. Dengan
metode-metode yang dipergunakan melalui ilmu pasti, kita akan memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu yang sebenarnya.
b.
Ilmu
Perbintangan (Astronomi) : Dengan didasari rumus-rumus ilmu pasti, maka ilmu
perbintangan dapat menyusun hukum-hukum yang bersangkutan dengan gejala-gejala
benda langit.
c.
Ilmu
Alam (Fisika) : Merupakan ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmu perbintangan,
maka pengetahuan mengenai benda-benda langit merupakan dasar bagi pemahaman
gejala-gejala dunia anorganik.
d.
Ilmu
Kimia (Chemistry) : Gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks dari ilmu
alam, dan ilmu kimia mempunyai kaitan dengan ilmu hayat (biologi) bahkan juga
dengan sosiologi.
e.
Ilmu
Hayat (Fisologi atau Biologi) : Merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan
dengan gejala-gejala kehidupan. Ini berbeda dengan ilmu-ilmu sebelumnya seperti
ilmu pasti , ilmu perbintangan, ilmu alam, dan ilmu kimia yang telah berada
pada tahap positif.
f.
Fisika
Sosial (Sosiologi) : Merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu
pengetahuan. Fisika sosial sebagai ilmu berhadapan dengan gejala-gejala yang
paling kompleks, paling konkret, paling konkret dan khusus.
- Karl Raimund Popper
Popper mengemukakan bahwa system ilmu pengetahuan manusia dapat
dikelompokkan kedalam tiga dunia (World), yaitu Dunia 1, Dunia 2, dan Dunia 3.
Popper menyatakan bahwa Dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunia, sedangkan
Dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3
yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerjasama
antara dunia 1 dan dunia 2 serta seluruh bidang.
- Thomas S Kuhn
Adapun klasifikasi ilmu menurut Thomas S Kuhn ialah:
- Normal Science (ilmu dalam posisi normal, ilmuan tidak kritis terhadap paradigma ilmu yang diamati)
- Anomaly (penumpukan anomaly menimbulkan krisis kepercayaan terhadap paradigm lalu paradigm diuji, dikritik).
- Paradigm baru (ilmuwan memodifikasi paradigm baru untuk memecahkan masalah yang sedang digeluti, ada revolusi ilmiah)
Penjelasan:
Pada tahap pertama, paradigma ilmu membimbing dan mengarahkan
aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Karena dalam
wilayah ini sering terjadi banyak persoalan yang tidak bisa diselesaikan secara
tuntas. Dan keadaan seperti itulah yang disebut Kuhn sebagai anamolies
(keganjilan-keganjilan, ketidaktepatan, penyimpangan-penyimpangan). Dengan penempatan
anomaly pada tahap ini yang sering kali membuat para pelaksana dilapangan tidak
merasakannya. Hanya para peneliti serius tertentu, para pengamat, dan kritikus
yang secara relative mengetahui adanya anomaly tersebut. Di sinilah para ilmuan
berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigm sebagai model ilmiah yang
digelutinya secara rinci dan mendalam.
Tahap kedua, menumpuknya anomaly menimbulkan krisis kepercayaan
dari para ilmuan terhadap paradigma. Artinya suatu komunitas ilmiah yang dapat
menyelesaikan keadaan krisinya dengan menyusun diri di sekeliling suatu
paradigm baru, maka terjadilah apa yang disebut oleh Kuhn sebagai revolusi
sains. Tahap ketiga, para ilmuan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang
lama sembari memperluas dan mengembangkan suatu paradigm tandingan yang
dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya.
Proses peralihan dari paradigm lama ke paradigm baru inilah yang dinamakan
revolusi ilmiah.
- Jurgen Habermas
Proses terbetuknya ilmu pengetahuan menurut Jurgen Habermas ada
tiga yaitu ilmu-ilmu empiris-analisis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu
sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik).
- Ilmu empiris-analisis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-
Memiliki
satu sistem referensi yang sama yang menentukan arti proposisi-proposisi
empiris, peraturan untuk membangun suatu teori dan peraturan tentang pengujian
empiris yang akan dikenakan pada teori yang bersangkutan (nomologis).
-
Ilmu
empiris-analisis menghasilkan teori-teori yang muncul kemudian dengan bantuan
metode deduksi, dan memungkinkan diturunkannya hipotesa-hipotesa yang lebih
banyak kandungan empirisnya.
-
Hipotesa-hipotesa
ini merupakan proposisi tentang kolerasi antar variable dalam suatu objek yang
diamati, yang kemudian dapat pula menghasilkan ramalan tertentu.
-
Arti
tiap pregnose terdapat dalam manfaat teknisnya, sebagaimana yang ditentukan
oleh aturan-aturan tentang aplikasi suatu teori.
-
Kenyataan
yang hendak disingkapkan oleh teori-teori empiris-analisis adalah kenyataan
yang dipengaruhi oleh kepentingan untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk mengembangkan kemampuan teknis manusia dengan bantuan suatu model feed
back monitoring (suatu tes empiris akan mentransfer balik konfirmasi atau
falsifikasi kepada hipotesa).
- Ilmu-ilmu historis-hemerneutis memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
-
Jalan
untuk mendekati kenyataan melalui pemahaman arti.
-
Ujian
terhadap salah benarnya pemahaman tersebut dilakukan melalui interprestasi.
-
Pemahaman
hemerneutis selalu merupakan pemahaman berdasarkan pra-pengertian.
-
Komunikasi
tersebut akan menjadi semakin intensif apabila situasi yang hendak dipahami
oleh pihak yang hendak memahaminya diaplikasikan kepada dirinya sendiri.
-
Kepentingan
yang ada disini adalah kepentingan untuk mempertahankan dan memperluas
intersubjektivitas dalam komunikasi yang dijamin dan diawasi oleh pengakuan
umum tentang kewajiban yang harus ditaati
- Ilmu-ilmu sosial-kritis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-
Menghasilkan
pengetahuan nomologis yang diturunkan dari suatu sistem referensi yang sama.
-
Meneliti
apakah teori-teori yang ada benar-benar menangkap korelasi tetap yang sungguh
ada dalam social action, bukan hanya meninjukkan suatu korelasi semu
yang dipaksakan secara ideologis.
-
Tujuan
yang hendak dicapai ialah menguncang kembali lapisan kesadaran yang sudah malas
yang menjadi kondisi yang sangat cocok bagi munculnya hubungan-hubungan yang
bersifat ketergantungan.
-
Tujuan
tersebut dicapai melalui self reflection.
ONTOLOGI
FILSAFAT DAN EPISTEMOLOGI FILSAFAT :
- Ontologi
Tentang wujud hakikat yang ada baik abstrak maupun riil yang
bersifat konkret. Berusaha mencari inti dalam segala bentuknya. Tokoh Yunani
Thales, bahwa air subtansi asal mula segala sesuatu yang belum membedakan
penampakan dengan kenyataan.
Aliran-aliran Ontologi yaitu:
- Monoisme artinya satu, hakikat asalnya satu tidak mungkin dua sebagai sumber asal baik berupa materi maupun rohani.
Thomas Devidson (Block Universe) terbagi menjadi dua aliran :
i)
Materialisme,
sumber asal materi bukan rohani (naturalisme), peristiwa lebih menonjol dalam
peristiwa ini.
ii)
Idealisme
(spritualisme), bahwa hakikat kenyataan itu semua berasal dari ruh (sukma).
Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, roh itu dianggap sebagai hakikat
sebenarnya, materi hanyalah badannya bayangan.
- Dualisme, aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan yaitu materalisme dan idealisme. Materi dengan ruh tidak bisa menghubungkan karena sama-sama merupakan hakikat.
- Pluralisme
Tokohnya pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan empedoeres
yang menyatakan ada empat unsure yaitu tanah, air, api dan udara.
- Epistemologi
Ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperoleh panca
indera adalah alat penghubung manusia.
Sumber pengetahuan :
a.
Indera
Yang bisa ditangkap adalah benda-benda yang sifatnya fisik.
Pengetahuan diperoleh dari indra disebut empirisme. Pengalamanlah menjadikan
sumber pengetahuan. Akal bukan sumber pengetahuan, tetapi menjadi tugas untuk
mengolah bahan diperoleh dari pengalaman.
b.
Akal
Akal bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.
Contoh : ketika batang kayu dicelupi kedalam air oleh kedua kayu
itu tampak membengkak. Secara rasional tidak mungkin kayu itu bengkak setelah
dicelupkan kedalam air.
c.
Intuisi
Untuk memperoleh pengetahuan dengan intuisi yang diakui
kebenarannya. Sebab indra dan akal mampu mendiskipsikan, melukiskan dan
menganalisa. Sedangkan intuisi bisa menghadirkan secara langsung kedalam diri
seseorang tanpa sebuah perantara apapun. Pengetahuan intuisi berbeda dengan
pengetahuan indrawi dan akal yang hanya memperlihatkan penampakan saja.
d.
Wahyu
Sumber dari pemberian Tuhan kepada Rasul, sehingga tidak perlu
diragukan lagi. Biasanya pengetahuan ini disampaikan melalui orang-orang
pilihan dan utusan Tuhan dalam bentuk kitab suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar