HADIS PADA MASA SAHABAT
Periode
kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya masa khulafa
ar-Rasyidin (Abu bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib), sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H. Masa ini juga disebut dengan
masa sahabat besar.
1.
Menjaga pesan Rasulullah SAW
Pada
masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar
berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Hadis serta mengajarkannya kepada orang
lain, sebagaimana sabdanya :
تَرَكْتٌ فِيْكٌمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلٌوا بَعْدَهُمَا كِتَابَ اللهِ
وَسُنَتِى رَوَاهُ الحَاكِمُ عَنْ أَبِي هُرَيْرةَ
”Telah aku tinggalkan untuk kalian
dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab
Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”.
Dan sabdanya pula :
بَلِغُواعَنِّي وَلَوأيَةً رِوَاهُ
الُبخَارِي عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِوَبْنِ العَاصِ.
“Sampaikanlah dariku walau satu
ayat/satu hadis,”
2.
Berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis
Kehati-hatian
dan usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para sahabat. Abu bakar sebagai
khalifah yang pertama menunjukkan perhatiannya dalam memelihara hadis.
Perhatian para sahabat pada masa ini
terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-Qur’an. Ini
terlihat bagaimana al-Qur’an dibukukan pada masa Abu Bakar atas saran Umar Bin
Khatab. Usaha pembukuan ini diulang juga pada masa Usman bin affan, sehingga
melahirkan mushaf Usmani. Satu d simpan di Madinah yang dinamai mushaf al-imam,
yang empat buah lagi masing-masing disimpan di makkah, basrah, siria, dan
kuffah. Sikap memusatkan perhatian terhadap al-Qur’an tidak berarti mereka
lalai dan tidak menaruh perhatian terhadap hadis. Mereka memegang hadis seperti
halnya yang diterimanya dari Rasulullah SAW secara utuh ketika ia masih hidup.
Akan tetapi dalam meriwayatkan mereka sangat berhati-hati dan membatasi diri.
3.
Periwayatan hadis dengan lafaz dan makna
Ada dua jalan para sahabat dalam
meriwayatkan hadis dari Rasul SAW
·
Periwayatan Lafzi
Adalah periwayatan
hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW.
Ini hanya bisa dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul
SAW.
Dalam
hal ini Umar bin khatab pernah berkata :
“barangsiapa
yang mendengar hadis dari Rasul SAW kemudian ia meriwayatkannya sesuai dengan
yang ia dengar, orang itu selamat”.
·
Periwayatan Maknawi
Adalah
periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan didengarnya dari Rasul
SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh Rasul SAW tanpa ada perubahan sedikitpun.
C. HADIS PADA MASA TABIIN
Pada
dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan Tabiin tidak begitu berbeda
dengan yang dilakukan oleh para sahabat. Ketika pemerintah di pegang oleh Bani
Umayah, wilayah kekuasaan islam sampai meliputi Mesir, Persia, Iraq, afrika,
selatan Samarkand dan spanyol, di samping madinah, makkah, basrah, syam, dan
khurasan. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah kekuasaan islam, penyebaran
para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini
dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis.
1.
Pusat-pusat pembinaan hadis
Beberapa kota sebagai pusat pembinaan
dalam periwayatan hadits, Sebagai tempat tujuan para tabiin dalam mencari
hadits. Pusat prmbinaan pertama adalah Madinah. Diantara para sahabat di makkah
tercatat nama-nama, seperti Mu’ad bin Jabal, ‘Atab bin al-Haris.
2.
Pergolakan politik dan pemalsuan hadis
Terjadi pada masa sahabat, setelah
terjadinya perang jamal dan perang siffin.
Pengaruh yang bersifat negatif ialah
dengan munculnya hadits-hadits palsu (maudu’) [1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar