Jumat, 04 April 2014

SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampuh menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan.
Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupanya.
Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan.
 Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan
Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerukan jawaban secara filosofis

B.     Rumusan masalah
1.      Latar belakang munculnya filsafat pendidika?

C.    Tujuan penelitian
1.      Untuk mengetahui bagaimana latar belakang munculnya filsafat pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan
Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya, apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bilakah permulaan yang ada ini , dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini” (Rifai, 1994: 67). Akan tetapi mereka akan berusaha.untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.
B.  Perkembangan pemikiran filsafat spiritualisme kuno
Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kebali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya zarathusthra, dari keluarga sapitama, yang lahir ditepi sebuah sungai, yang ditolong oleh ahura Mazda dalam masa pemerintahaan raja-raja akhamania (550-530 SM). Timur jauh Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah Cina India dan jepang. Di India berkembang filsafat spiritualisme, Hinduisme, dan Buddhisme. Sedangkan di Jepang berkembang shintoisme. Begitu juga di Cina berkembang, Taoisme, dan Komfusianism.[1]
a. Hinduisme
Pemikiran spiritualisme Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap individu telah dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal ( reingkarnasi ). Karma tersebut pada akhirnya akan menemukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta. Poedjawijatna (1986:54) mengatakan, bahwa para filosof Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk dalam kebebasan yang menurut mereka sempurna.
b. Buddha
Pencetus ajaran Buddha ialah Sidarta Gautama ( Kira-kira 563-483 SM ) sebagai akibat ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hindu isme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia. Setelah melakukan hidup bertapa dan meditasi selama 6 tahun, secara tiba-tiba menemukan gagasan dan jawaban dari pertanyaannya. Gagasa-gagasan itulah yang kemudian menjadi dasar-dasa agama Buddha ( samuel Smith, 1986:12 ).
Filsafat Buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di Dunia ini terliputi oleh sengsara yang disebabakan oleh “Cinta” terhadap suatu yang berlebihan.
c. Taoisme
Pendiri Taoisme adalah Leo Tse, Lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna Filsafat adalah jalan tuhan atau sabda tuhan, Tao ada dimana-mana tetapi tidak berbentuk dan tida pula diraba, dilihat,dan di dengar.
Manusia harus hidup selaras dengan tao, dan harus bisa menahan hawa nafsunya sendidi. Pengertian Tao dalam filsafat Lao Tse tersebut dapat dimasukan dalam aliran spiritualisme.
Dan menurut aliran-aliran filsafat India dan Tiongkok, spirirtualisme itu berkaitan dengan Etika, karena ia memberi petunjuk bagaimana manusia mesti bersikap dan bertindak di dunia agar memperoleh bahagia dan kesempurnaan ruh ( Gazalba1986:60)
d. Shinto
Shinto merupakan salah satu kepercayaan yang banyak dipeluk masyarakat Jepang. Agama Shinto tumbuh di jepang yang sangat respek terhadap alam ( natural ) di sebabkan ajaran-ajaranya mengadung nilai antara lanin kreasi ( SOZO), generasi ( size), pembangunan (hatten), sehingga ia menjadi jalan hidup dan kehidupan dan mengandung nilai optimis.
Melihat ajaran-ajaran pokok moral Shinto yang mengandung makna filsafat yang tinggi diatas, maka tidalah berlebihan jika ajaran-ajaranya mengandung nilai motivasi dan optimistik guru menjadi pegangan bagi penganutnya

1. TimurTengah
a.Yahudi
Yahudi berasal dari nama seorang putra ya’kub, yahuda. Putra ke empat dari 12 bersaudar, 12 orang inilah yang kelak menjadi nenek moyang bangsa yahudi yang dinamakan bangsa Israel, agama yahudi pada prinsipnya sama dengan Agama nasroni dan Agama islam, karena itu Agama Yahudi disebut juga Agama kitab ( samawi ), yang berarti agama yang mempunyai kitab suci dari Nabi.
Pemikiran-pemikiran fisafat timur tengah muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tempat keberadaan pemikiran filsafat itu ialah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk penindasan moral dari monotiesme, peredaran, kebenaran dan bernilai tinggi.
Selama dua ribu tahun yang lalu dokrtin-doktrin monotiesme dan pengajaran tentang etnis yang di anggap penting dari kaum Yahudi, yang di kembangkan oleh Nabi musa dan para Nabi Elijah. Pendidikan di mulai guna mengangkat martabat dan pengharapan kemanusiaan pada masa depan ( Smith, 1986:4)
b.Kristen
pengikutnya agama Kristen pada waktu itu tidak ubahnya seperti penganut agama lainnya, yaitu dari golongan rakyat jelata. Setelah berkembang, pengikutnya merabah kekalangan atas, ahli fikir ( filosof ), dan kemudian para pemikir atas kemajuannya, zaman ini disebut zaman patristic.
Pater berarti bapa, yaitu para bapak gereja. zaman patristik adalah zaman rasul ( pada abad pertama ), sampai abad kedelapan. Para filosofis Kristen pada masa itu mempunyai identitas yang berpariasi dan mempunyai banyak aliran.

2.RomawidanYunani:Antromornisme
Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan ( pencipta ) dengan sifat-sifat manusia ( yang di ciptakan ). Misalnya tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia. Paham ini muncul zaman patristic dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian.
Aliran-aliran filsafat yang memepunyai pengaruh sangat besar di roma adalah, pertama, epistimologi, yang di motori oleh epicurus ( 341-270 ). Epicurus mengatakan bahwa rasa suka dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia. Sementara rasa duka merupakan yang terburuk dan patut di hindari. Kedua, aliran stoa, yang dipelopori oleh zani (336-246 ). Aliran mempunyai pendapat bahwa adanya kebajikan itu apa bila manusia hidup sesuai dengan alam ( Poedjawi jatna, 1986:22 )’ Dalam sejarah, filsafat Yunani dipakai sebagai penangkal sejarah filsafat barat. Dikatakan pangkal karena dunia barat dalam alam pemikiran mereka berpangkal pada pemikiran Yunani.
Di Yunani sejak sebelum permualaan tahun masehi, ahli-ahli piker mecoba menarik teka-teki alam, mereka ingin mengetahui asal mula alam serta dengan isinya. Pada masa itu terdapat keterangan-keterangan mengenai proses terjadinya alam semesta dan isinya, semua keterangan tersebut sebatas kepercayaan semata.

C. Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani
Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari materialisme ( Poerwadarmita 1984:963 ). Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran materialism.
Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus ( 460-370 SM ), yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi.
Kemudian, lahirlah pula aliran rasionalisme Rane Descrates, yang menyatakan bahwa pusat segala sesuatu terletak pada dunia ratio, semesta yang lain adalah objeknya.

1.Idealisme
Tokoh aliran idealism adalah plato (427-372 SM ). Ia adalah murid Socrates. Aliran idealism merupakan suatu aliran filsafat yang menggagungkan jiwa. Menurut aliran ini, cinta adalah gambaran asli yang bersifat ruhani dan jiwa terletak di antara gambaran asli ( Suryadipura, 1994: 133 ). Dari pertemuan jiwa dan cinta lahirlah suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah idea. Idea selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan idea (poedjawijatna,1987:23).
Disi lain filsafat idealism plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan dalam dunia pendidikan. Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara. Setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampan masing-masing sesuai jenjang usianya. Pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa Negara.

2.Materialisme
Merupakan aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, aliran ini, benda merupakan sumber segalanya ( poerwadarminta, menurut 1984:683 ), aliran ini berpikiran sederhana, bahkan segala sesuatu yang ada di dalam ini dapat di lihat dan di observasi, baik wujudnya, gerakanya maupun peristiwa-peristiwanya.
Tokoh-tokoh aliran materialisme diantaranya adalah Leukipos dan Demokritus ( 460-370 SM ). Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak ( suryadipura, 1994:130 ).
 Atom tersebut membentuk satu kesatuan yang di kuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atom-atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan kemungkinan yang dimiliki manusia tidak melampaui kemungkinan kombinasi-kombinasi atom. Oleh karena itu, tidak melampai potensi-potensi jasmani, karena keduanya memiliki sumber yang sama. Demikian juga dengan keberakhiran atau kematian, disebabkan karena hancurnya struktur atom-atom pelemburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau alam lainnya.

3.Rasionalisme
Pelopor aliran rasionalisme adalah Rane Descrates ( 1595-1650 ). Ia juga penggerak dan pembaru pemikiran modern abad ke-17 ( selama 1988:78 ). Menurutnya, sumber pengatahuan yang dapat di jadikan patokan dan dapat di uji kebenaranya adalah rasio, sebab pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-syarat ilmiah. Dengan demikian akal di anggap sebagai perantara khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Hal senada juga dinyatakan filosof Blaise Pascal ( 1632-1662 ), bahwa akal adalah tumpuan utama dalam menjalani pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kemampuan dalam menganalisis bahan ( objek ). Tetapi disis lain, akal tidak dapat menemukan pengertian yang sempurna tanpa ada keterkaitan dengan pengalaman. Karena dalam mengambil suatu keputuasan yang berfungsi tidak saja akal, tetapi hati juga turut menentukan.

D. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Suatu pandangan teroritis itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu di jalankan, begitu juga lahirnya filsafat yunani pada abad ke-16 SM. Bagi orang yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama di bidangfilsafatpenidikan.
Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya. Misalnya dengan menanyakan dan mencari jawaban tentang apakah sebetulnya ala mini? Apakah intisari alam ( arche )ini. Arche berasal dari bahasa yunani yang berarti mula, asal. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam.
Masa pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme.
Kaum sopis ini pertama kali di Athena. Sofis berasal dari kata sofhos yang beati cendikiawan. Sebutan ini semula diberikan kepada orang-orang pandai ahli filsafat, ahli bahasa, dan lain-lain. Aliran sofis dipelopori oleh protogoras. Menurut kaum sofis, manusia menjadi ukuran kebenaran : tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran hanya berlaku secara individual. Kebenaran itu menurut saya, dan retorika merupakan alat utama utuk memepertahankan kebenaran ( salam, 1982:107). Dalam sejarah kaum sofis adalah kelompok yang pertama kali mengorganisasi pendidikan kaum muda.

E. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates ( 470-399 SM )
Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu di kenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete ( smith,1986:19 ). Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa, karena seorang siswa di tuntut untuk bisa mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara keritis.
Metode ini tidak lain di gunakan untuk meneruskan inelektualitas, mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan kekuatan mental seseorang. Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan di siplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus menerus dan sestandar moral yang tinggi ( Smith. 1986:25 ).

F. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato ( 427-347 SM )
Plato dilahirkan dalam keluraga aristrokrasi di Athena, serikat 427 SM. Ayahnya Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Semnentara ibunya, periction adalah keturunan keluarga solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri demokrasi Athena termuka ( smith, 1986:29). Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara.
 Negara wajib memberi pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai bakat, minat, dan kemampuan masing-masing jenjang usianya. Sehingga pendidikan itu sediri memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa, dan Negara. Menurut plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di selenggarakan oleh Negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tidakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar.
Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang tidak patut(Raper,1988:110).

G. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM )
Aristoteles adalah murid plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, khususnya logika, politik, etika, biologi, dan psikologi. Aristoteles lahir tahun 394 SM, di Stagira, sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut Egea. Ayahnya, NIchomachus adalah dokter perawat Amyntas II, raja Macedonia, dan ibunya, phaesta mempunyai nenek moyang terkemuka.
Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan.
Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bingbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi,yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kebali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno.
Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya zarathusthra, dari keluarga sapitama, yang lahir ditepi sebuah sungai, yang ditolong oleh ahura Mazda dalam masa pemerintahaan raja-raja akhamania (550-530 SM) 1.Timur jauh Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah Cina India dan jepang. Di India berkembang filsafat spiritualisme, Hinduisme, dan Buddhisme.
Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu di kenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete ( smith,1986:19 ). Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk


DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Kaderi,  M. Alwi. 2011. Filsafat Pendidika. Banjarmasin: Antasari Press.
Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Cet. Ke-2. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Jalaluddin, dan Said Usman. 1994. Filsafat Pendidikan Islam: Konsep Pengembangan Dan  Pemikirannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hermawan, A. Haris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.






[1] A.Haris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Departeman Agama RI,2009, hal:40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar