ALIRAN SISI PENAWARAN
(SUPPLY SIDERS)
Program Studi Ekonomi
Pembangunan
Fakultas Ekonomi
ALIRAN SISI PENAWARAN (SUPPLY SIDERS)
Pada tahun 1971-1973
perekonomian Amerika Serikat mengalami boom karena kebijaksanaan fiskal dan
moneter yang ekspansif pada periode-periode sebelumnya, sesuai ajaran
Keynesian. Akibat perekonomian yang memanas, pada tahun 1973 harga-harga pangan
dan bahan baku mulai naik, dan kebetulan pada tahun itu juga terjadi guncangan
harga minyak akibat politik embargo yang dilakukan oleh negara-negara penghasil
minyak (OPEC) yang menghantam perekonomian Amerika Serikat. Semua ini
menyebabkan terjadinya goncangan pada sisi penawaran. Perekonomian mulai lesu,
produksi berkurang, pengangguran semakin tinggi, dan pada saat yang bersamaan
inflasi juga meninggi diiringi oleh naiknya harga-harga secara umum.
Menghadapi
gejala-gejala seperti disebutkan di atas para ahli ekonomi agak tersentak,
sebab belum pernah menghadapi persoalan seperti ini sebelumnya. Karena
gejala-gejala seperti yang diuraikan di atas agak baru, para ahli ekonomi waktu
itu kurang tahu mengenai apa yang mesti diperbuat. Tingginya inflasi nampaknya
menghendaki pembatasan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang ekspansif. Tetapi
goncangan penawaran telah menyebabkan berkurangnya produksi nasional, dengan
demikian juga sulit untuk membatasi kebijaksanaan-kebijaksanaan fiskal dan
moneter tersebut.
Pada tahun-tahun
sebelumnya kebijaksanaan moneter yang restriktif cukup ampuh dalam memerangi
inflasi. Bahkan pada akhir tahun 1974, pada saat resesi mulai jalan, pemerintah
Amerika Serikat masih mempertimbangkan suatu program peningkatan tingkat pajak
untuk memerangi inflasi. Tetapi yang betul-betul dilaksanakan tahun 1975 adalah
kebijaksanaan fiskal yang ekspansif. Sebagaimana dampaknya, perekonomian
bergerak cepat (terjadi recovery) dan tingkat pengangguran dapat ditekan. Hanya
saja, sekarang tingkat inflasi sangat tinggi. Keadaan menjadi lebih parah
sewaktu gelombang kenaikan harga-harga minyak kedua pada tahun 1978 kembali
menghantam perekonomian Amerika Serikat.
Dalam menghadapi
inflasi yang semakin tinggi tersebut pemerintah Amerika Serikat mencoba
mengadopsi kebijaksanaan moneter yang baru, sesuai ajaran monetaris, yang
terkonsentrasi pada usaha menahan laju pertumbuhan stok uang. Pada saat yang
bersamaan permintaan akan pinjam agak naik, baik dari pihak produsen maupun
konsumen. Khawatir pada berlanjutnya inflasi maka pemerintah Amerika Serikat
pada bulan Maret 1980 mengumumkan suatu program pengawasan kredit. Jumlah
pinjaman-pinjaman dibatasi. Langkah ini perlu diambil untuk menahan laju
pertumbuhan stok uang.
Sementara pemerintah
masih berusaha mengontrol laju pertumbuhan uang untuk menekan inflasi, tahun
1981-1982 terjadi resesi. Di ukur dari tingkat pengangguran yang
diakibatkannya, resesi ini dinilai yang terburuk sejak depresi besar-besaran
tahun 30-an. Pada akhir tahun 1982 akhirnya pemerintah mengabaikan rencana
pembatasan uang sesuai anjuran kubu monetaris, melainkan membiarkan jumlah uang
beredar tumbuh cukup tinggi untuk memerangi resesi yang dihadapi. Tentu saja
hak tersebut membuat Milton Friedman, yang menjadi arsitek aliran monetaris,
sangat marah. Dalam suratnya ke Well Street Journal (18 Desember 1985) Friedman
menjelaskan bahwa pemerintah (tepatnya, the Fed's) tidak pernah mengadopsi
kebijaksanaan yang dianjurkannya secara serius. Pengakuan pemerintah tahun 1979
yang akan mengadopsi kebijaksanaan moneter sesuai anjuran kubu monetaris
dituduh sebagai retorika belaka, tetapi tidak dilakukan secara konsisten dalam
praktek. Lebih lanjut Friedman menjelaskan bahwa sejak the Fed's mengakui
menganut pandangan monetaris tahun 1979 pertumbuhan stok uang justru lebih
tidak stabil. Apa yang dilakukan oleh pemerintah, demikian tuduh Friedman,
jelas bukan kebijaksanaan sesuai anjuran monetaris.
Kesimpulannya, aliran
monetaris memang pernah berhasil meyakinkan orang bahwa stok uang sangat erat
kaitannya dengan aktivitas-aktivitas ekonomi, tetapi penerapan kebijaksanaan
ekonomi sesuai pandangan monetaris tidak dijalankan dengan sepenuh hati di
Amerika Serikat. Kecuali pada periode tahun 1969-1971 dalam usaha memerangi
inflasi yang diwarisi dari pemerintahan Johnson.
Walaupun
kebijaksanaan mopnetaris lahir di Amerika Serikat, tetapi negara yang
melaksanakan kebijaksanaan sesuai dengan resep monetaris ini bukanlah
pemerintahan Amerika Serikat sendiri, melainkan pemerintahan Thatcher di
Inggris. Kebijaksanaan yang dianut oleh Reagan untuk menghadapi inflasi dan
kelesuan ekonomi pada tahun 80-an adalah sesuai anjuran aliran baru yang
dikenal dengan sisi penawaran (supply-side economics).
A. Tokoh- Tokoh Aliran Sisi Penawaran
Menurut Harold McCure
dan Thomas Willet (1983) aliran sisi penawaran dapat dibedakan atas dua
kelompok, yaitu "kelompok utama" dan "kelompok radikal".
Kelompok aliran utama diwakili oleh Martin Feldstein (dari Harvard University)
dan Michael Boskin (dari Standford University). Kelompok ini menekankan
perlunya insentif pajak dalam memacu pertumbuhan ekonomi lewat dampaknya
terhadap tabungan dan investasi. Kelompok aliran utama banyak menganalisis
dampak perubahan pajak terhadap penawaran labor serta dampak program keamanan
sosial (social security) terhadap jumlah, tabungan, Kelompok ini telah banyak
memberikan sumbangan pemikiran fewat jurnal-jurnal ilmiah dan sangat
berpengaruh serta aktif dalam profesi ekonomi. Kelompok kedua yang disebut
kelompok radiakal adalah kelompok yang mendapat publisitas lebih banyak.
Kelompok ini menyatakan bahwa pemotongan pajak akan memberikan dampak positif
terhadap tabungan, investasi dan penawaran tenaga kerja serta penerimaan total
yang lebih banyak dari pajak. Termasuk dalam kelompok radikal ini adalah Arthur
Laffer dan George Gilder serta anggota kongres Jack Kemp.
Kelompok aliran sisi
penawaran radikal pada intinya mengajukan dua preposisi : (1) bahwa pemotongan
pajak akan memberi dampak besar terhadap produktivitas kerja sehingga secara
total penerimaan pajak akan meningkat, dan (2) bahwa program pemotongan pajak
akan memberi dampak positif dalam meningkatkan laju pertumbuhan output dan
mengurangi inflasi.
Secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa aliran sisi penawaran muncul tahun 1970-an, dan semakin
populer tahun 80-an dimasa pemerintahan Reagen di Amerika Serikat. Karena
pandangan pakar-pakar aliran sisi penawaran langsung dijalankan oleh Reagan,
maka pandangan ekonomi mereka juga sering dijuluki Reagonimics. Bagaimanapun,
tidak ada definisi yang spesifik dari Reaganomics ini selain
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Reagan,
terutama tahun 1981-1982.
B. Perbedaan
Pandangan Keynesian dan Monetaris
Pada tahun 70-an
terjadi debat hangat antara Kubu Keynesian dengan kubu monetaris tentang
gejala-gejala dan masalah-masalah ekonomi berikut kebijaksanaan yang seyogyanya
diambil untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Walau pendapat mereka
sering bertentangan, di mana dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu
Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif, sedang
kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang
kontraktif-konservatif, tetapi di antara keduanya mempunyai persamaan, yaitu
sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan.
Berbeda dengan kedua
aliran yang disebut di atas, aliran sisi penawaran percaya bahwa yang harus
diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yang dilakukan kubu
Keynesian maupun monetaris,melainkan sisi penawaran. Perubahan dalam titik
pandang ini terjadi karena masalah ekonomi yang dihadapi tahun 80-an berbeda
dengan yang dihadapi pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa Keynes.b
Seperti pernah diuraikan sebelumnya, pada masa Keynes perekonomian relatif
kurang berkembang, ditandai oleh keadaan di mana sering terjadi resesi bahkan
juga depresi, dan harga-harga cenderung menurun. Pada tahun 80-an perekomian
juga mengalami kelesuan dengan tingkat pertumbuhan sangat rendah, akan tetapi
angka inflasi tinggi karena meningkatnya harga-harga didorong oleh naiknya
harga-harga minyak sewaktu negara-negara OPEC melancarkan politik embargo
minyak mereka.
Motto kerja aliran
sisi penawaran sangat berbeda dengan kubu Keynesian yang lebih suka melakukan
fine-tunning. Bagi pakar-pakar aliran sisi penawaran, adalah lebih baik
meningkatkan pendapatan nasional lewat pemanfaatan sumber daya penuh daripada
mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat
besar artinya bagi pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Walau misalnya dalam
jangka pendek laju pertumbuhan kesempatan kerja hanya naik sedikit, tetapi
dampak jangka panjangnya sangat besar karena dampak tersebut bekerja secara
kumulatif. Adapun kunci utama untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh
ialah dengan memberi insentif pada para pelaku ekonomi agar mau lebih rajin
bekerja dan berproduksi.
Begitu juga dalam
usaha mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yang ditempuh oleh aliran sisi
penawaran bukan melalui pengeluaran pemerintah sebagaimana dianjurkan kubu
Keynesian, tetapi justru sebaliknya yaitu melalui program penurunan pajak.
Alasan yang dikemukakan mereka, turunnya pajak akan menambah gairah investasi,
yang akan mendorong peningkatan dalam produksi. Dengan meningkatnya produksi
maka masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan.
Perbedaan lain dengan
kubu Keynesian ialah dari jangka analisis. Kalau kubu Keynesian menggunakan
analisis jangka pendek, maka tekanan utama aliran penawaran adalah
kebijaksanaan perturnbuhan jangka panjang, yang dilakukan dengan mempromosikan
kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Dalam hal ini kubu sisi
penawaran mirip dengan kubu monetaris, yang sama-sama cenderung menggunakan
analisis jangka panjang. Persamaan lainnya dengan kubu monetaris adalah dalam
penggunaan kebijaksanaan ekonomi, di mana kedua kubu sama-sama tidak menyukai
kebijaksanaan yang bersifat ekspansif, baik dalam kebijaksanaan fiskal maupun
moneter. Terakihir, kedua kubu sama-sama kembali melirik ke teori-teori klasik
yang sama sekali ditinggalkan oleh Keynes dan para pendukungnya.
Menurut Lipsety dan
Steiner (1981) ajaran yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir aliran sisi
penawaran ini pesisi sarna dengan yang dianjurkan oleh Adam Smith dengan teori
klasiknya, hanya dalam versi yang lebih modern. Persamaan
pandangan
sisi penawaran dengan ajaran klasik antara lain: (1) dalam menjelaskan inflasi
maupun deflasi keduanya sama-sama menekankan pembahasan dari sisi produksi,
atau sisi penawaran ; (2) dalam mengontrol inflasi mereka menggunakan
pendekatan yang sama, yaitu dengan mendorong kurva penawaran agregat ke kanan,
dimana dengan cara ini produksi (output) akan meningkat, dan pada saat yang
sama harga-harga dapat ditekan ke bawah ; dan (3) dalam memperbaiki
perekonomian lebih suka mendorong sisi penawaran ke kanan, bukan mengutak-atik
sisi permintaan agregat seperti yang dilakukan kubu Keynesian.
C. Program Penurunan Pajak Dan Anggaran
Berimbang
Kebijaksanaan yang
dilancarkan negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC telah menggoncang
perekonomian Amerika Serikat dua kali. Goncangan pertama terjadi pada tahun
1973/1974. Pada goncangan pertama ini harga-harga minyak naik sampai empat kali
lipat dalam sekejap. Akibatnya perekonomian di negara-negara Industri mengalami
resesi yang sangat parah, terburuk sesudah depresi besar-besaran tahun 30-an.
Goncangan kedua terjadi tahun 1979/1980, juga oleh kenaikan harga-harga minyak.
Akibat dari goncangan di sisi penawaran tersebut harga-harga jadi naik, dan
inflasi melambung. Kedua goncangan tersebut membuat orang takut pada goncangan
yang terjadi pada sisi penawaran, yang didorong oleh kenaikan biaya-biaya. Jika
kurva penawaran bergeser ke kiri, output berkurang dan pada saat yang bersamaan
harga-harga melambung.
Dalam situasi seperti
ini, kalau seandainya dilakukan kebijaksanaan ekspansif, baik kebijaksanaan
fiskal maupun moneter, maka harga-harga akan semakin tinggi dan inflasi tentu
akan semakin membubung, Oleh karena itu timbul pemikiran bahwa yang sebaiknya
diutak-atik adalah sisi penawaran (supply shocks). Dengan mendorong penawaran
agregat ke kanan maka output akan bertambah, dan bersamaan dengan itu
harga-harga akan semakin menurun. Ini jelas merupakan hal yang sangat menarik.
Ibarat pepatah, sambil menyelam minum air, sambil memaju pertumbuhan output
nasional, tingkat inflasi dapat ditekan.
Sekarang apa
kebijaksanaan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong kurva
penawaran ke sebelah kanan dalam upaya mempromosikan peningkatan output
nasional sekaligus membuka kesempatan kerja serta menekan laju inflasi
tersebut? Cara yang dianjurkan untuk ditempuh cukup banyak, antara lain: (1)
mendorong masayarakat untuk lebih rajin menabung ; (2) menurunkan tingkat
pajak; (3) mendorong masyarakat untuk lebih berani mengambil resiko dalam
berusaha ; (4) mendorong mobilisasi angkatan kerja, dan (5) mendorong
masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor riil.
Langkah pertama yang
mendorong masyarakat untuk lebih rajin menabung, kalau diperhatikan sangat
berbeda dengan pandangan kubu Keynesian. Kubu Keynesian menganggap kegiatan
menabung hanya baik untuk segolongan orang, tetapi jika hal ini dilakukan oleh
semua orang, akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian nasional atau
masyarakat secara keseluruhan (paradox of thrift). Kubu sisi penawaran justru
melihat aktivitas menabung dari sisi positifnya, di mana dengan semakin
besarnya tabungan masyarakat maka akan terkumpul dana untuk kegiatan investasi,
dan selanjutnya hal ini akan mendorong peningkatan dalam produksi dan sekaligus
peningkatan dalam pendapatan nasional serta pembukaan lapangan kerja baru.
Kedua, dengan
menurunkan tingkat pajak, maka produksi akan meningkat sebab orang akan
terdorong untuk bekerja lebih rajin. Pendapat ini betul-betul "asli"
dari pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Bagaimanapun, pendapat ini sedikit
kontroversil, dan karenanya perlu akan dibahas lebih detil kemudian.
Ketiga,
yaitu mendorong masyarakat untuk lebih berani mengambil resiko, juga perlu
dilakukan dengan menurunkan tingkat pajak dibarengi dengan langkah-langkah
deregulasi dibidang perekonomian. Dengan cara begini maka pengusaha-pengusaha
akan lebih terdorong untuk melakukan investasi dan menggali inovasi serta
temuan-temuan baru untuk meningkatkan produksi.
Keempat, yaitu mendorong
mobilitas angkatan kerja, dilakukan dengan menghentikan program-program bantuan
sosial dari pemerintah, misalnya dengan mengurangi bantuan pangan (foods tamps)
atau bantuan daerah-daerah miskin dan sejenisnya. Dengan dikuranginya
program-program bantuan sosial ini orang akan terpaksa mencari di lapangan atau
daerah lain yang lebih menjanjikan masa depan yang lebih baik. Langkah ini oleh
sebagian orang dinilai terlalu "dingin" dan kurang
berperikemanusiaan, tetapi pakar-pakar aliran sisi penawaran yakin hasilnya
dijamin lebih efektif dalam usaha mengatasi kemiskinan. Dasar asumsinya ialah,
jika golongan-golongan miskin tertentu tetap dibantu, mereka akan menjadi
manja, mentalnya menjadi lembek, tidak mandiri, tidak mau berusaha mencari
pekerjaan yang lebih baik dan di masa datang akan selalu tergantung pada
bantuan pemerintah. Langkah yang terlalu dingin seperti ini tentu akan
menimbulkan debat hangat di berbagai kalangan, baik di kalangan ekonomi maupun
politisi (apalagi politikus) jika dianjurkan di Indonesia, terutama dengan
hangat-hangatnya program Inpres Desa Miskin dalam upaya mengentaskan kemiskinan
dari bumi Indonesia saat ini.
Kelima, mendorong
masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor riil, yaitu mengarahkan
masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor-sektor atau bidang usaha yang
betul-betul tampak hasilnya dalam peningkatan output nasional. Perluasan
lapangan pekerjaan di bidang-bidang sosial seperti hukum, sosial, antropologi,
keguruan dan bahkan ekonomi ,serta akuntansi tidak begitu dianjurkan, sebab
hasil pekerjaan mereka tidak begitu nampak dalam upaya meningkatkan produksi
atau output nasional.
Pandangan yang
disebut terakhir agaknya relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini, di mana
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang ada lebih banyak menghasilkan manusia
yang hanya ahli dalam "bercakap-cakap", tetapi tidak begitu nampak
produksi nyatanya. Jenis sarjana yang lebih dibutuhkan Indonesia di masa
sekarang dan masa depan adalah para insinyur, sarjana politeknik, bukan lulusan
hukum, IKIP, ekonomi, sosial, politik dan sejenisnya yang lulusannya sudah jauh
melampaui jumlah yang diperlukan atau diminta pasar kerja.
Dari berbagai langkah
yang disebut di atas, langkah yang paling disukai dan sering diidentikkan
dengan ajaran sisi penawaran ialah langkah kedua, yaitu lewat program
pemotongan pajak. Pakar-pakar aliran sisi penawaran percaya bahwa pemotongan
pajak tidak akan menyebabkan berkurangnya produksi nasional, tetapi justru akan
meningkatkannya. Bahkan lebih jauh mereka menjamin bahwa pemotongan pajak ini
sendiri tidak akan mengurangi penerimaan pemerintah dalam total pajak yang
dikumpulkan.
Preposisi yang
diajukan oleh ahli-ahli ekonomi sisi penawaran ini jelas agak bersifat
kontroversil. Pendapat umum waktu itu ialah, bahwa tingkat pajak yang lebih
rendah berarti penerimaan pemerintah yang lebih rendah pula. Tetapi menurut
ahli sisi penawaran tidak demikian. Pengurangan beban pajak dapat meningkatkan
penerimaan pemerintah karena adanya dampak insentif terhadap partisipasi kerja
yang lebih tinggi. Misalkan pada awalnya pemerintah menetapkan pajak sebesar 25
persen dari tambahan pendapatan. Jika orang menerima upah 10 dolar AS per jam,
maka yang jikantonginya hanya 7,5 dolar, dan yang 2,5 dolar lari ke tangan
pemungut pajak, yaitu pemerintah. Sekarang misalkan beban pajak dipotong
menjadi 15 persen dari tambahan pendpatan. Berarti uang yang masuk kantong
sekarang adalah 8,5 dolar per jam. Ini akan mendorong orang lebih aktif dan
bekerja
lebih lama. Kalau program ini bisa menaikkan rata-rata jam kerja sebanyak dua
jam, maka yang diterima pemerintah bukan 1,5 dolar melainkan 3 dolar. Angka ini
jelas lebih besar dari 2,5 dolar seperti yang diterima sebelum program
pemotongan beban pajak.
Pakar-pakar aliran
sisi penawaran percaya bahwa program pemotongan pajak akan menguntungkan semua
pihak. Pekerja memperoleh pendapatan sesudah pajak (income after tax) yang
lebih tinggi, pemerintah juga memperoleh penerimaan total dari pajak yang juga
lebih besar. Jam kerja yang lebih lama berarti output nasional akan meningkat,
dan perekonomian akan berkembang.
Pandangan dari
tokoh-tokoh sisi penawaran ini nampaknya sangat disukai dan didukung oleh
Presiden Reagan, ditunjukkan dengan diumumkannya program penurunan tingkat
pajak tahun 1981. Ada dua alasan utama mengapa kebijaksanaan penurunan pajak
ini disukai oleh Reagan. Pertama, sebagaimana yang dijanjikan oleh pakar-pakar
ekonomi aliran sisi penawaran, dengan mengurangi pajak maka partisipasi kerja
akan meningkat, sehingga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan memperluas
kesempatan kerja sekaligus mengurangi angka inflasi. Kedua, Reagan tidak suka
kongres memegang dana (yang diperoleh dari hasil pemungutan pajak) terlalu
banyak, sebab program-program yang dijalankan mereka kebanyakan dinilai tidak
efektif. Jika masukan dari pajak tetap tinggi, maka dana yang tersedia untuk
program-program pemerintah juga tinggi, dan akan lebih banyak dana yang
digunakan untuk program-program yang tidak efektif.
Jika ditinjau ke
belakang, sejak tahun 60-an peran pemerintah dalam perekonomian cenderung
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya bagian pengeluaran pemerintah dalam GNP. Hal seperti ini tidak hanya
terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga dijumpai di negara-negara lain sebagai
akibat pengaruh Keynesian. Di Amerika sejak tahun 1981 kebijaksanaan
pengeluaran pemerintah yang tumbuh terlalu cepat rnendapat serangan tajam dari
berbagai pihak, terutama kelompok sisi penawaran. Alasan utama ketidaksenangan
tersebut adalah karena kenyataan bahwa sebagian besar dari program-program yang
berasal dari pemerintah tidak memberikan manfaat yang memadai, dan di lain
pihak beban pajak masyarakat terlalu tinggi.
Banyak hasil studi
menunjukkan bahwa hasil-hasil yang dicapai dari berbagai program pengeluaran
pemerintah tidak memberikan hasil memadai, bahkan tidak sedikit yang hasilnya
mendapat predikat buruk sekali. Bahkan program-program yang mempunyai tujuan
mulia seperti sistem keamanan sosial (social security system) dan program kupon
pangan (food stamp program) tidak lepas dari berbagai kritik. Isu-isu tentang
ketidak efektifan program-program pemerintah yang lebih rinci dapat di lihat
antara lain dalam tulisan Peter Saunders dan Friedrich Klan dalam The Role of
the Public Sector (1985).
Implikasi dari
berbagai kritik tersebut ialah perlunya melakukan evaluasi terhadap
program-program pemerintah. Yang nyata-nyata tidak atau kurang efektif
dikurangi atau ditiadakan sama sekali, dan hanya program-program yang
nyata-nyata bermanfaat boleh dilanjutkan. Karena program-program pemerintah
banyak yang tidak efektif, satu-satunya cara yang logis untuk membatasi
pengeluaran pemerintah ialah dengan mengurangi pemasukannya. Kalau pemasukan
tetap tinggi, maka pengeluaran tentu akan tetap tinggi pula. Dan cara paling
ampuh untuk mengurangi penerimaan pemerintah adalah dengan mengurangi beban
pajak. Secara sederhana, daripada susah-susah mengumpulkan pendapatan dari
pajak untuk membelanjai program-program pemerintah yang tidak efektif hasilnya,
lebih baik membiarkan dan tetap berada di tangan masyarakat. Biarkan mereka
mengatur sendiri sipa yang terbaik yang bisa dilakukan dengan dana yang ada di
tangannya. Dengan dasar kepercayaan bahwa tiap orang rasional dan tahu sipa
yang terbaik
untuk
meningkatkan kesejahteraannya masing-masing, mereka pasti mampu mengalokasikan
dana untuk kegiatan-kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka masing-masing. Dengan dikuranginya beban pajak, bagian dana untuk
kegiatan-kegiatan produktif di tangan masyarakat menjadi lebih besar sehingga
produksi akan bertambah dan begitu juga kesempatan kerja terbuka lebih luas
sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat luas akan meningkat.
Kesimpulannya,
pemikir-pemikir aliran sisi penawaran percaya bahwa dampak positif penggunaan
dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output nasional, perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih besar
dibandingkan dengan keadaan di mana pajak dikumpulkan terlebih dahulu untuk
kemudian dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program pembangunan.
Demikianlah, maka
pada masa pemerintahan Reagan dilakukan apa yang disebut tax revolt, yaitu
program pembatasan berbagai bentuk pajak, yang disertai jaminan konstitusi
amandemen bahwa pengeluaran pemerintah harus berimbang dengan penerimaan
(balance budget). Amandemen anggaran berimbang mempunyai target agar
pengeluaran pemerintah diturunkan hingga 20 persen dari GNP. Dengan pematokan
seperti itu, berarti pengeluaran pemerintah hanya mungkin jika GNP naik.
Pendukung program yang bersifat balance budget antara lain Alan Blinder dan
Douglas Holtz Aeakin, serta Herbert Stein. Dalam jurnal : Public Opinion and
the Balance Budget (1984) Blinder dan Eakin menyatakan bahwa seperti pengawasan
upah-harga, program anggaran yang berimbang juga lebih populer di kalangan
masyarakat daripada kalangan pakar-pakar ekonomi. Sebuah pengumpulan pendapat
yang dilakukan sepuluh tahun sesudah depresi besar-besaran memperlihatkan bahwa
61 persen penduduk lebih suka mengurangi pengeluaran pemerintah untuk
mengimbangi anggaran, dan hanya 17 persen yang menentang. Hingga sekarang
popularitas gagasan anggaran berimbang tidak pernah turun.
Sesungguhnya, berapa
sebaiknya bagian pengeluaran pemerintah dari GNP? Pertanyaan seperti ini sulit
dijawab. Lagi pula, yang menentukan biasanya bukan para pakar ekonomi,
melainkan sekelompok politisi. Mereka biasanya ingin tampil "hebat"
dengan berbagai program untuk membantu sekelompok masyarakat tertentu. Padahal
kalau mereka bisa sedikit low profile, dan tidak membebani pajak terlalu tinggi
untuk mendanai program- program mereka yang lebih banyak tidak efektif,
hasilnya dipercaya akan lebih baik bagi masyarakat secara keseluruhan.
D. Diskusi
Pengaruh ajaran
pakar-pakar ekonomi sisi penawaran cukup luas, terutama pada tahun-tahun awal
pemerintahan Reagan. Pandangan mereka juga mendapat dukungan luas dari kalangan
media, terutama sekali dari Wall Street Journal. Sebagai dampak dari pandangan
ahli-ahli ekonomi sisi penawaran, orang makin kritis terhadap program-program
pemerintah.
Jika dikaitan dengan
keadaan di Indonesia, pandangan di atas mungkin ada benarnya. Sebagaimana
diungkapkan oleh "begawan" ekonomi Indonesia –Sumitro Djojohadikusumo
-pada Kongres ISEI ke-13 akhir tahun 1993 di Surabaya, ternyata tidak kurang
dari 30 persen dana pembangunan di Indonesia mengalami kebocoran, sedang dana
yang terpakai tidak jelas efektivitasnya dalam mencapai sasaran yang
ditetapkan. Tidak lama kemudian Menteri Keuangan mengumumkan kenaikan
pendapatan yang dapat dikenai pajak, yang berarti akan mengurangi penerimaan
pajak. Apakah ini disebabkan pemerintah Indonesia terpengaruh oleh pandangan
aliran sisi penawaran dari Amerika Serikat ini, terlalu pagi untuk
menyimpulkannya.
Sekarang pemerintah
Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan program pengentasan kemiskinan,
antara lain lewat bantuan-bantuan langsung dan program Inpres Desa Miskin. Para
pemimpin kita percaya program ini akan memberikan hasil
positif
bagi pengurangan kemiskinan dan perluasan pemerataan. Menurut ahli-ahli sisi
penawaran program-program seperti ini umumnya kurang atau tidak efektif dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan. Mana di antara kedua pendapat ini yang benar,
juga sulit dijawab sekarang. Untuk itu sebaiknya program-program yang telah
dijalankan dievaluasi setelah beberapa tahun berjalan. Kalau program
pengentasan kemiskinan ini nyata-nyata membantu dalam usaha menghalau
kemiskinan dari bumi Indonesia, boleh diteruskan. Tetapi kalau tidak efektif,
apalagi kalau hanya dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk tujuan
pribadi, tentu perlu dipikirkan alternatif lain yang lebih terjamin hasilnya.
Sekarang bagaimana
penilaian terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi berikut
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diajurkan oleh pakar-pakar ekonomi sisi
penawaran ? Sebagaimana yang disajikan sebelumnya. Aliran sisi penawaran tampil
dengan menjanjikan cara yang sangat mudah untuk menghadapi berbagai masalah
ekonomi pada tahun 80-an, yaitu dengan 10 mengurangi pajak. Dengan mengurangi
beban pajak, mereka percaya bahwa program tersebut akan meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan inflasi, dan bahwa anggaran akan
berimbang. Tetapi sayang bukti- bukti kurang mendukung harapan-harapan mereka.
Dua tahun sesudah
terlaksanannya program pemotongan pajak tingkat inflasi memang turun. Tetapi
banyak yang meragukan keberhasilan ini disebabkan program pemotongan pajak.
Sebaian lainnya percaya hal ini terjadi karena program kebijaksanaan uang ketat
yang dilaksanakan pada periode sebelumnya, bukan karena keberhasilan program
pemotongan pajak yang dijalankan pada awal pemerintahan Reagan. Bukti lebih
nyata yang menyebabkan kepopuleran aliran sisi penawaran cepat merosot ialah bahwa
output nasional secara nyata turun, bukan meningkat sebagaimana diramal semula.
Begitu juga penerimaan pemerintah secara total dari pajak tidak pernah naik
sebagaimana digemar-gemborkan selama ini oleh pakar-pakar sisi penawaran.
Pada tahun 1983 -1984
perekonomian Amerika Serikat kembali sembuh. Untuk keberhasilan ini pakar-pakar
aliran sisi penawaran mengklaim bahwa keberhasilan tersebut adalah sebagai
dampak dari kebijaksanaan yang dijalankan selama ini, sesuai anjuran kubu sisi
penawaran. Mereka bersikeras bahwa program pemotongan pajak yang dilakukan awal
tahun 1982 telah berhasil menjalankan misinya meningkatkan output dan menekan
inflasi lewat pemberian insentif yang lebih besar pada masyarakat untuk bekerja
lebih aktif. T etapi sebagian pakar lain percaya hal ini disebabkan oleh dampak
kebijaksanaan moneter yang ekspansif di masa sebelumnya.
Karena bukti-bukti
menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang dijalankan sesuai anjuran kubu sisi
penawaran ini kurang ampuh, maka tidak ayal teori- teori dan pandangan-pandangan
mereka menjadi sasaran kritik. Kritik tentang praktek kebijaksanaan pemotongan
pajak yang dilakukan semasa pemerintahan Reagan atas anjuran ahli-ahli ekonomi
sisi penawaran tersebut antara lain dapat dilihat dari tulisan Richard H. Fink:
Greed is Not Enough:
Reaganomics (1982).
Tetapi anehnya, yang
mengajukan kritik tidak hanya pihak luar. Kritik yang paling mengejutkan justru
datang dari David Sotckman, seorang kepercayaan Reagan yang mengarsiteki
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi di bawah Reagan. Dalam bukunya yang cukup
menggemparkan (segera menduduki posisi best seller setelah beberapa hari
diterbitkan) : The Triumph of Politics (1986), Stockman mengungkapkan bahwa ia
sendiri sebagai direktur utama bidang manajemen dan anggaran dalam pemerintahan
Reagan tidak mempercayai peramalan-peramalan yang dibuatnya sendiri di bawah
pemerintahan Reagan.
Pakar-pakar aliran
sisi penawaran sendiri nampaknya banyak yang kesal dengan kebijaksanaan Reagan
yang kurang konsisten. Pada awal pemerintahannya
ia
muncul dengan komitmen untuk mengurangi pajak demi mengurangi pengeluaran
pemerintah lewat program pemotongan pajak Kemp-Roth. Tetapi sementara itu ia
juga membangun proyek star wars yang butuh biaya sangat besar. Tidak heran
kalau anggaran selalu defisit.
Sebagai penutup bab
ini, perlu dikemukakan bahwa, walaupun teori- teori dan pandangan-pandangan
aliran sisi penawaran cukup banyak dibahas, pendekatan sisi penawaran lebih
dianggap sebagai perkembangan dalam kebijaksanaan ekonomi daripada teori ekonomi.
Bahkan Daniel Bell dan Irving Kristol, misalnya tidak memasukkan supply-side
economics dalam buku yang mereka sunting : The Crisi in Economics Theory, tidak
lain karena pendekatan sisi penawaran ini tidak dianggap sebagai teori umum
sebagaimana yang ada pads teori-teori klasik atau Keynes.
Ini referensi dari buku apa ya?
BalasHapus