Jumat, 22 Agustus 2014

Aliran Sisi Penawaran



 ALIRAN SISI PENAWARAN
(SUPPLY SIDERS)

Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi

ALIRAN SISI PENAWARAN (SUPPLY SIDERS)
Pada tahun 1971-1973 perekonomian Amerika Serikat mengalami boom karena kebijaksanaan fiskal dan moneter yang ekspansif pada periode-periode sebelumnya, sesuai ajaran Keynesian. Akibat perekonomian yang memanas, pada tahun 1973 harga-harga pangan dan bahan baku mulai naik, dan kebetulan pada tahun itu juga terjadi guncangan harga minyak akibat politik embargo yang dilakukan oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC) yang menghantam perekonomian Amerika Serikat. Semua ini menyebabkan terjadinya goncangan pada sisi penawaran. Perekonomian mulai lesu, produksi berkurang, pengangguran semakin tinggi, dan pada saat yang bersamaan inflasi juga meninggi diiringi oleh naiknya harga-harga secara umum.
Menghadapi gejala-gejala seperti disebutkan di atas para ahli ekonomi agak tersentak, sebab belum pernah menghadapi persoalan seperti ini sebelumnya. Karena gejala-gejala seperti yang diuraikan di atas agak baru, para ahli ekonomi waktu itu kurang tahu mengenai apa yang mesti diperbuat. Tingginya inflasi nampaknya menghendaki pembatasan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang ekspansif. Tetapi goncangan penawaran telah menyebabkan berkurangnya produksi nasional, dengan demikian juga sulit untuk membatasi kebijaksanaan-kebijaksanaan fiskal dan moneter tersebut.
Pada tahun-tahun sebelumnya kebijaksanaan moneter yang restriktif cukup ampuh dalam memerangi inflasi. Bahkan pada akhir tahun 1974, pada saat resesi mulai jalan, pemerintah Amerika Serikat masih mempertimbangkan suatu program peningkatan tingkat pajak untuk memerangi inflasi. Tetapi yang betul-betul dilaksanakan tahun 1975 adalah kebijaksanaan fiskal yang ekspansif. Sebagaimana dampaknya, perekonomian bergerak cepat (terjadi recovery) dan tingkat pengangguran dapat ditekan. Hanya saja, sekarang tingkat inflasi sangat tinggi. Keadaan menjadi lebih parah sewaktu gelombang kenaikan harga-harga minyak kedua pada tahun 1978 kembali menghantam perekonomian Amerika Serikat.
Dalam menghadapi inflasi yang semakin tinggi tersebut pemerintah Amerika Serikat mencoba mengadopsi kebijaksanaan moneter yang baru, sesuai ajaran monetaris, yang terkonsentrasi pada usaha menahan laju pertumbuhan stok uang. Pada saat yang bersamaan permintaan akan pinjam agak naik, baik dari pihak produsen maupun konsumen. Khawatir pada berlanjutnya inflasi maka pemerintah Amerika Serikat pada bulan Maret 1980 mengumumkan suatu program pengawasan kredit. Jumlah pinjaman-pinjaman dibatasi. Langkah ini perlu diambil untuk menahan laju pertumbuhan stok uang.
Sementara pemerintah masih berusaha mengontrol laju pertumbuhan uang untuk menekan inflasi, tahun 1981-1982 terjadi resesi. Di ukur dari tingkat pengangguran yang diakibatkannya, resesi ini dinilai yang terburuk sejak depresi besar-besaran tahun 30-an. Pada akhir tahun 1982 akhirnya pemerintah mengabaikan rencana pembatasan uang sesuai anjuran kubu monetaris, melainkan membiarkan jumlah uang beredar tumbuh cukup tinggi untuk memerangi resesi yang dihadapi. Tentu saja hak tersebut membuat Milton Friedman, yang menjadi arsitek aliran monetaris, sangat marah. Dalam suratnya ke Well Street Journal (18 Desember 1985) Friedman menjelaskan bahwa pemerintah (tepatnya, the Fed's) tidak pernah mengadopsi kebijaksanaan yang dianjurkannya secara serius. Pengakuan pemerintah tahun 1979 yang akan mengadopsi kebijaksanaan moneter sesuai anjuran kubu monetaris dituduh sebagai retorika belaka, tetapi tidak dilakukan secara konsisten dalam praktek. Lebih lanjut Friedman menjelaskan bahwa sejak the Fed's mengakui menganut pandangan monetaris tahun 1979 pertumbuhan stok uang justru lebih tidak stabil. Apa yang dilakukan oleh pemerintah, demikian tuduh Friedman, jelas bukan kebijaksanaan sesuai anjuran monetaris.
Kesimpulannya, aliran monetaris memang pernah berhasil meyakinkan orang bahwa stok uang sangat erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas ekonomi, tetapi penerapan kebijaksanaan ekonomi sesuai pandangan monetaris tidak dijalankan dengan sepenuh hati di Amerika Serikat. Kecuali pada periode tahun 1969-1971 dalam usaha memerangi inflasi yang diwarisi dari pemerintahan Johnson.
Walaupun kebijaksanaan mopnetaris lahir di Amerika Serikat, tetapi negara yang melaksanakan kebijaksanaan sesuai dengan resep monetaris ini bukanlah pemerintahan Amerika Serikat sendiri, melainkan pemerintahan Thatcher di Inggris. Kebijaksanaan yang dianut oleh Reagan untuk menghadapi inflasi dan kelesuan ekonomi pada tahun 80-an adalah sesuai anjuran aliran baru yang dikenal dengan sisi penawaran (supply-side economics).
A. Tokoh- Tokoh Aliran Sisi Penawaran
Menurut Harold McCure dan Thomas Willet (1983) aliran sisi penawaran dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu "kelompok utama" dan "kelompok radikal". Kelompok aliran utama diwakili oleh Martin Feldstein (dari Harvard University) dan Michael Boskin (dari Standford University). Kelompok ini menekankan perlunya insentif pajak dalam memacu pertumbuhan ekonomi lewat dampaknya terhadap tabungan dan investasi. Kelompok aliran utama banyak menganalisis dampak perubahan pajak terhadap penawaran labor serta dampak program keamanan sosial (social security) terhadap jumlah, tabungan, Kelompok ini telah banyak memberikan sumbangan pemikiran fewat jurnal-jurnal ilmiah dan sangat berpengaruh serta aktif dalam profesi ekonomi. Kelompok kedua yang disebut kelompok radiakal adalah kelompok yang mendapat publisitas lebih banyak. Kelompok ini menyatakan bahwa pemotongan pajak akan memberikan dampak positif terhadap tabungan, investasi dan penawaran tenaga kerja serta penerimaan total yang lebih banyak dari pajak. Termasuk dalam kelompok radikal ini adalah Arthur Laffer dan George Gilder serta anggota kongres Jack Kemp.
Kelompok aliran sisi penawaran radikal pada intinya mengajukan dua preposisi : (1) bahwa pemotongan pajak akan memberi dampak besar terhadap produktivitas kerja sehingga secara total penerimaan pajak akan meningkat, dan (2) bahwa program pemotongan pajak akan memberi dampak positif dalam meningkatkan laju pertumbuhan output dan mengurangi inflasi.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aliran sisi penawaran muncul tahun 1970-an, dan semakin populer tahun 80-an dimasa pemerintahan Reagen di Amerika Serikat. Karena pandangan pakar-pakar aliran sisi penawaran langsung dijalankan oleh Reagan, maka pandangan ekonomi mereka juga sering dijuluki Reagonimics. Bagaimanapun, tidak ada definisi yang spesifik dari Reaganomics ini selain kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Reagan, terutama tahun 1981-1982.
B. Perbedaan Pandangan Keynesian dan Monetaris
Pada tahun 70-an terjadi debat hangat antara Kubu Keynesian dengan kubu monetaris tentang gejala-gejala dan masalah-masalah ekonomi berikut kebijaksanaan yang seyogyanya diambil untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Walau pendapat mereka sering bertentangan, di mana dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif, sedang kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif-konservatif, tetapi di antara keduanya mempunyai persamaan, yaitu sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan.
Berbeda dengan kedua aliran yang disebut di atas, aliran sisi penawaran percaya bahwa yang harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yang dilakukan kubu Keynesian maupun monetaris,melainkan sisi penawaran. Perubahan dalam titik pandang ini terjadi karena masalah ekonomi yang dihadapi tahun 80-an berbeda dengan yang dihadapi pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa Keynes.b Seperti pernah diuraikan sebelumnya, pada masa Keynes perekonomian relatif kurang berkembang, ditandai oleh keadaan di mana sering terjadi resesi bahkan juga depresi, dan harga-harga cenderung menurun. Pada tahun 80-an perekomian juga mengalami kelesuan dengan tingkat pertumbuhan sangat rendah, akan tetapi angka inflasi tinggi karena meningkatnya harga-harga didorong oleh naiknya harga-harga minyak sewaktu negara-negara OPEC melancarkan politik embargo minyak mereka.
Motto kerja aliran sisi penawaran sangat berbeda dengan kubu Keynesian yang lebih suka melakukan fine-tunning. Bagi pakar-pakar aliran sisi penawaran, adalah lebih baik meningkatkan pendapatan nasional lewat pemanfaatan sumber daya penuh daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Walau misalnya dalam jangka pendek laju pertumbuhan kesempatan kerja hanya naik sedikit, tetapi dampak jangka panjangnya sangat besar karena dampak tersebut bekerja secara kumulatif. Adapun kunci utama untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh ialah dengan memberi insentif pada para pelaku ekonomi agar mau lebih rajin bekerja dan berproduksi.
Begitu juga dalam usaha mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yang ditempuh oleh aliran sisi penawaran bukan melalui pengeluaran pemerintah sebagaimana dianjurkan kubu Keynesian, tetapi justru sebaliknya yaitu melalui program penurunan pajak. Alasan yang dikemukakan mereka, turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yang akan mendorong peningkatan dalam produksi. Dengan meningkatnya produksi maka masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan.
Perbedaan lain dengan kubu Keynesian ialah dari jangka analisis. Kalau kubu Keynesian menggunakan analisis jangka pendek, maka tekanan utama aliran penawaran adalah kebijaksanaan perturnbuhan jangka panjang, yang dilakukan dengan mempromosikan kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Dalam hal ini kubu sisi penawaran mirip dengan kubu monetaris, yang sama-sama cenderung menggunakan analisis jangka panjang. Persamaan lainnya dengan kubu monetaris adalah dalam penggunaan kebijaksanaan ekonomi, di mana kedua kubu sama-sama tidak menyukai kebijaksanaan yang bersifat ekspansif, baik dalam kebijaksanaan fiskal maupun moneter. Terakihir, kedua kubu sama-sama kembali melirik ke teori-teori klasik yang sama sekali ditinggalkan oleh Keynes dan para pendukungnya.
Menurut Lipsety dan Steiner (1981) ajaran yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir aliran sisi penawaran ini pesisi sarna dengan yang dianjurkan oleh Adam Smith dengan teori klasiknya, hanya dalam versi yang lebih modern. Persamaan

pandangan sisi penawaran dengan ajaran klasik antara lain: (1) dalam menjelaskan inflasi maupun deflasi keduanya sama-sama menekankan pembahasan dari sisi produksi, atau sisi penawaran ; (2) dalam mengontrol inflasi mereka menggunakan pendekatan yang sama, yaitu dengan mendorong kurva penawaran agregat ke kanan, dimana dengan cara ini produksi (output) akan meningkat, dan pada saat yang sama harga-harga dapat ditekan ke bawah ; dan (3) dalam memperbaiki perekonomian lebih suka mendorong sisi penawaran ke kanan, bukan mengutak-atik sisi permintaan agregat seperti yang dilakukan kubu Keynesian.
C. Program Penurunan Pajak Dan Anggaran Berimbang
Kebijaksanaan yang dilancarkan negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC telah menggoncang perekonomian Amerika Serikat dua kali. Goncangan pertama terjadi pada tahun 1973/1974. Pada goncangan pertama ini harga-harga minyak naik sampai empat kali lipat dalam sekejap. Akibatnya perekonomian di negara-negara Industri mengalami resesi yang sangat parah, terburuk sesudah depresi besar-besaran tahun 30-an. Goncangan kedua terjadi tahun 1979/1980, juga oleh kenaikan harga-harga minyak. Akibat dari goncangan di sisi penawaran tersebut harga-harga jadi naik, dan inflasi melambung. Kedua goncangan tersebut membuat orang takut pada goncangan yang terjadi pada sisi penawaran, yang didorong oleh kenaikan biaya-biaya. Jika kurva penawaran bergeser ke kiri, output berkurang dan pada saat yang bersamaan harga-harga melambung.
Dalam situasi seperti ini, kalau seandainya dilakukan kebijaksanaan ekspansif, baik kebijaksanaan fiskal maupun moneter, maka harga-harga akan semakin tinggi dan inflasi tentu akan semakin membubung, Oleh karena itu timbul pemikiran bahwa yang sebaiknya diutak-atik adalah sisi penawaran (supply shocks). Dengan mendorong penawaran agregat ke kanan maka output akan bertambah, dan bersamaan dengan itu harga-harga akan semakin menurun. Ini jelas merupakan hal yang sangat menarik. Ibarat pepatah, sambil menyelam minum air, sambil memaju pertumbuhan output nasional, tingkat inflasi dapat ditekan.
Sekarang apa kebijaksanaan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong kurva penawaran ke sebelah kanan dalam upaya mempromosikan peningkatan output nasional sekaligus membuka kesempatan kerja serta menekan laju inflasi tersebut? Cara yang dianjurkan untuk ditempuh cukup banyak, antara lain: (1) mendorong masayarakat untuk lebih rajin menabung ; (2) menurunkan tingkat pajak; (3) mendorong masyarakat untuk lebih berani mengambil resiko dalam berusaha ; (4) mendorong mobilisasi angkatan kerja, dan (5) mendorong masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor riil.
Langkah pertama yang mendorong masyarakat untuk lebih rajin menabung, kalau diperhatikan sangat berbeda dengan pandangan kubu Keynesian. Kubu Keynesian menganggap kegiatan menabung hanya baik untuk segolongan orang, tetapi jika hal ini dilakukan oleh semua orang, akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian nasional atau masyarakat secara keseluruhan (paradox of thrift). Kubu sisi penawaran justru melihat aktivitas menabung dari sisi positifnya, di mana dengan semakin besarnya tabungan masyarakat maka akan terkumpul dana untuk kegiatan investasi, dan selanjutnya hal ini akan mendorong peningkatan dalam produksi dan sekaligus peningkatan dalam pendapatan nasional serta pembukaan lapangan kerja baru.
Kedua, dengan menurunkan tingkat pajak, maka produksi akan meningkat sebab orang akan terdorong untuk bekerja lebih rajin. Pendapat ini betul-betul "asli" dari pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Bagaimanapun, pendapat ini sedikit kontroversil, dan karenanya perlu akan dibahas lebih detil kemudian.

Ketiga, yaitu mendorong masyarakat untuk lebih berani mengambil resiko, juga perlu dilakukan dengan menurunkan tingkat pajak dibarengi dengan langkah-langkah deregulasi dibidang perekonomian. Dengan cara begini maka pengusaha-pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi dan menggali inovasi serta temuan-temuan baru untuk meningkatkan produksi.
Keempat, yaitu mendorong mobilitas angkatan kerja, dilakukan dengan menghentikan program-program bantuan sosial dari pemerintah, misalnya dengan mengurangi bantuan pangan (foods tamps) atau bantuan daerah-daerah miskin dan sejenisnya. Dengan dikuranginya program-program bantuan sosial ini orang akan terpaksa mencari di lapangan atau daerah lain yang lebih menjanjikan masa depan yang lebih baik. Langkah ini oleh sebagian orang dinilai terlalu "dingin" dan kurang berperikemanusiaan, tetapi pakar-pakar aliran sisi penawaran yakin hasilnya dijamin lebih efektif dalam usaha mengatasi kemiskinan. Dasar asumsinya ialah, jika golongan-golongan miskin tertentu tetap dibantu, mereka akan menjadi manja, mentalnya menjadi lembek, tidak mandiri, tidak mau berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik dan di masa datang akan selalu tergantung pada bantuan pemerintah. Langkah yang terlalu dingin seperti ini tentu akan menimbulkan debat hangat di berbagai kalangan, baik di kalangan ekonomi maupun politisi (apalagi politikus) jika dianjurkan di Indonesia, terutama dengan hangat-hangatnya program Inpres Desa Miskin dalam upaya mengentaskan kemiskinan dari bumi Indonesia saat ini.
Kelima, mendorong masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor riil, yaitu mengarahkan masyarakat untuk lebih banyak bekerja di sektor-sektor atau bidang usaha yang betul-betul tampak hasilnya dalam peningkatan output nasional. Perluasan lapangan pekerjaan di bidang-bidang sosial seperti hukum, sosial, antropologi, keguruan dan bahkan ekonomi ,serta akuntansi tidak begitu dianjurkan, sebab hasil pekerjaan mereka tidak begitu nampak dalam upaya meningkatkan produksi atau output nasional.
Pandangan yang disebut terakhir agaknya relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini, di mana sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang ada lebih banyak menghasilkan manusia yang hanya ahli dalam "bercakap-cakap", tetapi tidak begitu nampak produksi nyatanya. Jenis sarjana yang lebih dibutuhkan Indonesia di masa sekarang dan masa depan adalah para insinyur, sarjana politeknik, bukan lulusan hukum, IKIP, ekonomi, sosial, politik dan sejenisnya yang lulusannya sudah jauh melampaui jumlah yang diperlukan atau diminta pasar kerja.
Dari berbagai langkah yang disebut di atas, langkah yang paling disukai dan sering diidentikkan dengan ajaran sisi penawaran ialah langkah kedua, yaitu lewat program pemotongan pajak. Pakar-pakar aliran sisi penawaran percaya bahwa pemotongan pajak tidak akan menyebabkan berkurangnya produksi nasional, tetapi justru akan meningkatkannya. Bahkan lebih jauh mereka menjamin bahwa pemotongan pajak ini sendiri tidak akan mengurangi penerimaan pemerintah dalam total pajak yang dikumpulkan.
Preposisi yang diajukan oleh ahli-ahli ekonomi sisi penawaran ini jelas agak bersifat kontroversil. Pendapat umum waktu itu ialah, bahwa tingkat pajak yang lebih rendah berarti penerimaan pemerintah yang lebih rendah pula. Tetapi menurut ahli sisi penawaran tidak demikian. Pengurangan beban pajak dapat meningkatkan penerimaan pemerintah karena adanya dampak insentif terhadap partisipasi kerja yang lebih tinggi. Misalkan pada awalnya pemerintah menetapkan pajak sebesar 25 persen dari tambahan pendapatan. Jika orang menerima upah 10 dolar AS per jam, maka yang jikantonginya hanya 7,5 dolar, dan yang 2,5 dolar lari ke tangan pemungut pajak, yaitu pemerintah. Sekarang misalkan beban pajak dipotong menjadi 15 persen dari tambahan pendpatan. Berarti uang yang masuk kantong sekarang adalah 8,5 dolar per jam. Ini akan mendorong orang lebih aktif dan
bekerja lebih lama. Kalau program ini bisa menaikkan rata-rata jam kerja sebanyak dua jam, maka yang diterima pemerintah bukan 1,5 dolar melainkan 3 dolar. Angka ini jelas lebih besar dari 2,5 dolar seperti yang diterima sebelum program pemotongan beban pajak.
Pakar-pakar aliran sisi penawaran percaya bahwa program pemotongan pajak akan menguntungkan semua pihak. Pekerja memperoleh pendapatan sesudah pajak (income after tax) yang lebih tinggi, pemerintah juga memperoleh penerimaan total dari pajak yang juga lebih besar. Jam kerja yang lebih lama berarti output nasional akan meningkat, dan perekonomian akan berkembang.
Pandangan dari tokoh-tokoh sisi penawaran ini nampaknya sangat disukai dan didukung oleh Presiden Reagan, ditunjukkan dengan diumumkannya program penurunan tingkat pajak tahun 1981. Ada dua alasan utama mengapa kebijaksanaan penurunan pajak ini disukai oleh Reagan. Pertama, sebagaimana yang dijanjikan oleh pakar-pakar ekonomi aliran sisi penawaran, dengan mengurangi pajak maka partisipasi kerja akan meningkat, sehingga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja sekaligus mengurangi angka inflasi. Kedua, Reagan tidak suka kongres memegang dana (yang diperoleh dari hasil pemungutan pajak) terlalu banyak, sebab program-program yang dijalankan mereka kebanyakan dinilai tidak efektif. Jika masukan dari pajak tetap tinggi, maka dana yang tersedia untuk program-program pemerintah juga tinggi, dan akan lebih banyak dana yang digunakan untuk program-program yang tidak efektif.
Jika ditinjau ke belakang, sejak tahun 60-an peran pemerintah dalam perekonomian cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari besarnya bagian pengeluaran pemerintah dalam GNP. Hal seperti ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga dijumpai di negara-negara lain sebagai akibat pengaruh Keynesian. Di Amerika sejak tahun 1981 kebijaksanaan pengeluaran pemerintah yang tumbuh terlalu cepat rnendapat serangan tajam dari berbagai pihak, terutama kelompok sisi penawaran. Alasan utama ketidaksenangan tersebut adalah karena kenyataan bahwa sebagian besar dari program-program yang berasal dari pemerintah tidak memberikan manfaat yang memadai, dan di lain pihak beban pajak masyarakat terlalu tinggi.
Banyak hasil studi menunjukkan bahwa hasil-hasil yang dicapai dari berbagai program pengeluaran pemerintah tidak memberikan hasil memadai, bahkan tidak sedikit yang hasilnya mendapat predikat buruk sekali. Bahkan program-program yang mempunyai tujuan mulia seperti sistem keamanan sosial (social security system) dan program kupon pangan (food stamp program) tidak lepas dari berbagai kritik. Isu-isu tentang ketidak efektifan program-program pemerintah yang lebih rinci dapat di lihat antara lain dalam tulisan Peter Saunders dan Friedrich Klan dalam The Role of the Public Sector (1985).
Implikasi dari berbagai kritik tersebut ialah perlunya melakukan evaluasi terhadap program-program pemerintah. Yang nyata-nyata tidak atau kurang efektif dikurangi atau ditiadakan sama sekali, dan hanya program-program yang nyata-nyata bermanfaat boleh dilanjutkan. Karena program-program pemerintah banyak yang tidak efektif, satu-satunya cara yang logis untuk membatasi pengeluaran pemerintah ialah dengan mengurangi pemasukannya. Kalau pemasukan tetap tinggi, maka pengeluaran tentu akan tetap tinggi pula. Dan cara paling ampuh untuk mengurangi penerimaan pemerintah adalah dengan mengurangi beban pajak. Secara sederhana, daripada susah-susah mengumpulkan pendapatan dari pajak untuk membelanjai program-program pemerintah yang tidak efektif hasilnya, lebih baik membiarkan dan tetap berada di tangan masyarakat. Biarkan mereka mengatur sendiri sipa yang terbaik yang bisa dilakukan dengan dana yang ada di tangannya. Dengan dasar kepercayaan bahwa tiap orang rasional dan tahu sipa yang terbaik
untuk meningkatkan kesejahteraannya masing-masing, mereka pasti mampu mengalokasikan dana untuk kegiatan-kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka masing-masing. Dengan dikuranginya beban pajak, bagian dana untuk kegiatan-kegiatan produktif di tangan masyarakat menjadi lebih besar sehingga produksi akan bertambah dan begitu juga kesempatan kerja terbuka lebih luas sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat luas akan meningkat.
Kesimpulannya, pemikir-pemikir aliran sisi penawaran percaya bahwa dampak positif penggunaan dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output nasional, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih besar dibandingkan dengan keadaan di mana pajak dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program pembangunan.
Demikianlah, maka pada masa pemerintahan Reagan dilakukan apa yang disebut tax revolt, yaitu program pembatasan berbagai bentuk pajak, yang disertai jaminan konstitusi amandemen bahwa pengeluaran pemerintah harus berimbang dengan penerimaan (balance budget). Amandemen anggaran berimbang mempunyai target agar pengeluaran pemerintah diturunkan hingga 20 persen dari GNP. Dengan pematokan seperti itu, berarti pengeluaran pemerintah hanya mungkin jika GNP naik. Pendukung program yang bersifat balance budget antara lain Alan Blinder dan Douglas Holtz Aeakin, serta Herbert Stein. Dalam jurnal : Public Opinion and the Balance Budget (1984) Blinder dan Eakin menyatakan bahwa seperti pengawasan upah-harga, program anggaran yang berimbang juga lebih populer di kalangan masyarakat daripada kalangan pakar-pakar ekonomi. Sebuah pengumpulan pendapat yang dilakukan sepuluh tahun sesudah depresi besar-besaran memperlihatkan bahwa 61 persen penduduk lebih suka mengurangi pengeluaran pemerintah untuk mengimbangi anggaran, dan hanya 17 persen yang menentang. Hingga sekarang popularitas gagasan anggaran berimbang tidak pernah turun.
Sesungguhnya, berapa sebaiknya bagian pengeluaran pemerintah dari GNP? Pertanyaan seperti ini sulit dijawab. Lagi pula, yang menentukan biasanya bukan para pakar ekonomi, melainkan sekelompok politisi. Mereka biasanya ingin tampil "hebat" dengan berbagai program untuk membantu sekelompok masyarakat tertentu. Padahal kalau mereka bisa sedikit low profile, dan tidak membebani pajak terlalu tinggi untuk mendanai program- program mereka yang lebih banyak tidak efektif, hasilnya dipercaya akan lebih baik bagi masyarakat secara keseluruhan.
D. Diskusi
Pengaruh ajaran pakar-pakar ekonomi sisi penawaran cukup luas, terutama pada tahun-tahun awal pemerintahan Reagan. Pandangan mereka juga mendapat dukungan luas dari kalangan media, terutama sekali dari Wall Street Journal. Sebagai dampak dari pandangan ahli-ahli ekonomi sisi penawaran, orang makin kritis terhadap program-program pemerintah.
Jika dikaitan dengan keadaan di Indonesia, pandangan di atas mungkin ada benarnya. Sebagaimana diungkapkan oleh "begawan" ekonomi Indonesia –Sumitro Djojohadikusumo -pada Kongres ISEI ke-13 akhir tahun 1993 di Surabaya, ternyata tidak kurang dari 30 persen dana pembangunan di Indonesia mengalami kebocoran, sedang dana yang terpakai tidak jelas efektivitasnya dalam mencapai sasaran yang ditetapkan. Tidak lama kemudian Menteri Keuangan mengumumkan kenaikan pendapatan yang dapat dikenai pajak, yang berarti akan mengurangi penerimaan pajak. Apakah ini disebabkan pemerintah Indonesia terpengaruh oleh pandangan aliran sisi penawaran dari Amerika Serikat ini, terlalu pagi untuk menyimpulkannya.
Sekarang pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan program pengentasan kemiskinan, antara lain lewat bantuan-bantuan langsung dan program Inpres Desa Miskin. Para pemimpin kita percaya program ini akan memberikan hasil

positif bagi pengurangan kemiskinan dan perluasan pemerataan. Menurut ahli-ahli sisi penawaran program-program seperti ini umumnya kurang atau tidak efektif dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Mana di antara kedua pendapat ini yang benar, juga sulit dijawab sekarang. Untuk itu sebaiknya program-program yang telah dijalankan dievaluasi setelah beberapa tahun berjalan. Kalau program pengentasan kemiskinan ini nyata-nyata membantu dalam usaha menghalau kemiskinan dari bumi Indonesia, boleh diteruskan. Tetapi kalau tidak efektif, apalagi kalau hanya dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk tujuan pribadi, tentu perlu dipikirkan alternatif lain yang lebih terjamin hasilnya.
Sekarang bagaimana penilaian terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi berikut kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diajurkan oleh pakar-pakar ekonomi sisi penawaran ? Sebagaimana yang disajikan sebelumnya. Aliran sisi penawaran tampil dengan menjanjikan cara yang sangat mudah untuk menghadapi berbagai masalah ekonomi pada tahun 80-an, yaitu dengan 10 mengurangi pajak. Dengan mengurangi beban pajak, mereka percaya bahwa program tersebut akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan inflasi, dan bahwa anggaran akan berimbang. Tetapi sayang bukti- bukti kurang mendukung harapan-harapan mereka.
Dua tahun sesudah terlaksanannya program pemotongan pajak tingkat inflasi memang turun. Tetapi banyak yang meragukan keberhasilan ini disebabkan program pemotongan pajak. Sebaian lainnya percaya hal ini terjadi karena program kebijaksanaan uang ketat yang dilaksanakan pada periode sebelumnya, bukan karena keberhasilan program pemotongan pajak yang dijalankan pada awal pemerintahan Reagan. Bukti lebih nyata yang menyebabkan kepopuleran aliran sisi penawaran cepat merosot ialah bahwa output nasional secara nyata turun, bukan meningkat sebagaimana diramal semula. Begitu juga penerimaan pemerintah secara total dari pajak tidak pernah naik sebagaimana digemar-gemborkan selama ini oleh pakar-pakar sisi penawaran.
Pada tahun 1983 -1984 perekonomian Amerika Serikat kembali sembuh. Untuk keberhasilan ini pakar-pakar aliran sisi penawaran mengklaim bahwa keberhasilan tersebut adalah sebagai dampak dari kebijaksanaan yang dijalankan selama ini, sesuai anjuran kubu sisi penawaran. Mereka bersikeras bahwa program pemotongan pajak yang dilakukan awal tahun 1982 telah berhasil menjalankan misinya meningkatkan output dan menekan inflasi lewat pemberian insentif yang lebih besar pada masyarakat untuk bekerja lebih aktif. T etapi sebagian pakar lain percaya hal ini disebabkan oleh dampak kebijaksanaan moneter yang ekspansif di masa sebelumnya.
Karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang dijalankan sesuai anjuran kubu sisi penawaran ini kurang ampuh, maka tidak ayal teori- teori dan pandangan-pandangan mereka menjadi sasaran kritik. Kritik tentang praktek kebijaksanaan pemotongan pajak yang dilakukan semasa pemerintahan Reagan atas anjuran ahli-ahli ekonomi sisi penawaran tersebut antara lain dapat dilihat dari tulisan Richard H. Fink: Greed is Not Enough:
Reaganomics (1982).
Tetapi anehnya, yang mengajukan kritik tidak hanya pihak luar. Kritik yang paling mengejutkan justru datang dari David Sotckman, seorang kepercayaan Reagan yang mengarsiteki kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi di bawah Reagan. Dalam bukunya yang cukup menggemparkan (segera menduduki posisi best seller setelah beberapa hari diterbitkan) : The Triumph of Politics (1986), Stockman mengungkapkan bahwa ia sendiri sebagai direktur utama bidang manajemen dan anggaran dalam pemerintahan Reagan tidak mempercayai peramalan-peramalan yang dibuatnya sendiri di bawah pemerintahan Reagan.
Pakar-pakar aliran sisi penawaran sendiri nampaknya banyak yang kesal dengan kebijaksanaan Reagan yang kurang konsisten. Pada awal pemerintahannya

ia muncul dengan komitmen untuk mengurangi pajak demi mengurangi pengeluaran pemerintah lewat program pemotongan pajak Kemp-Roth. Tetapi sementara itu ia juga membangun proyek star wars yang butuh biaya sangat besar. Tidak heran kalau anggaran selalu defisit.
Sebagai penutup bab ini, perlu dikemukakan bahwa, walaupun teori- teori dan pandangan-pandangan aliran sisi penawaran cukup banyak dibahas, pendekatan sisi penawaran lebih dianggap sebagai perkembangan dalam kebijaksanaan ekonomi daripada teori ekonomi. Bahkan Daniel Bell dan Irving Kristol, misalnya tidak memasukkan supply-side economics dalam buku yang mereka sunting : The Crisi in Economics Theory, tidak lain karena pendekatan sisi penawaran ini tidak dianggap sebagai teori umum sebagaimana yang ada pads teori-teori klasik atau Keynes.

1 komentar: