Jumat, 07 Juni 2013
Asbabun Nuzul
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an bukanlah merupakan
sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah dikormulasikan tetapi
diwahyukan secara berangsur-amgsur kepada Nabi Muhammad Saw sesuai dengan
situasi yang menuntutnya. Al-Qur’an sendiri sangat menyadari kenyataan ini
sebagai suatu yang akan menimbulkan keusilan dikalangan pembantahnya, seperti
yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan al-Qur’an secara total dan secara
sekaligus itu tidak mungkin karena al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi
kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang
ada.Untuk memahami pesan dari al-Qur’an sebagai suatu kesatuan adalah dengan
mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling
dekat adalah kegiatan Nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun dibawah
bimbingan al-Qur’an, jadi kita harus benar-benar memahami pesan al-Qur’an
sebagai suatu keutuhan serta memahami bahasanya dan historisnya.
Dari sedikit paparan tentang
al-Qur’an diatas, sehingga kita dapat menyadari betapa penting al-Qur’an bagi
umat muslim, jd al-Qur’an bukan saja Cuma di baca dan di pahami maknanya,
tetapi kita juga harus mengetahui penyebab mengapa ayat-ayat dalm al-Qur’an
diturunkan oleh Allah atau sering
disebut Asbabun Nuzul. Untuk dari itu agar kita lebih memahami tentang
Asbabun Nuzul akan diperjelas pada halaman selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
Asbabun Nuzul?
2.
Apa yang melatarbelakangi
turunnay Al-Qur’an?
3.
Bagaimana ungkapan-ungkapan
Asbab al-Nuzul?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asbabun
Nuzul
Asbabun
Nuzul secara bahasa berarti sebab turunnya ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan Allah secara berangsur-angsur
dalam masa lebih kurang 23 tahun. al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki
aqidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari
kebenaran.
Makna asbabun nuzul ialah sesuatu
yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab
itu yang memberikan jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada
masa terjadinya peristiwa itu. Yakni suatu kejadian yang terjadi di zaman
Rasullullah SAW. atau suatu pertanyaan
yang dihadapkan kepada nabi dan di turunkanlah sesuatu atau beberapa ayat dari
Allah SWT. yang berhubungan dengan kejadian itu, atau jawaban dari pertanyaan
itu baik itu peristiwa yang merupakan pertengkaran ataupun merupakan kesalahan yang dilakukan suatu peristiwa atau
suatu keinginan yang baik.
B.
Latar belakang
turunnya Al-Qur’an
Latar belakang turunnya al-Qur’an
adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan.
Sebab-sebab turunnya ayat dalam
bentuk peristiwa ada 3 macam :
1.
peristiwa berupa
pertengkaran
Perselisihan itu timbul dari
intrik-intrik yang ditiupkan orang yahudi sehingga mereka berteriak-teriak.
“senjata, senjata”. Peristiwa tersebut
menyebabkan turunnya beberapa ayat dari firman Allah dalam Surah Ali Imran :
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#þqãYtB#uä
bÎ)
(#qãèÏÜè?
$Z)Ìsù
z`ÏiB
tûïÏ%©!$#
(#qè?ré&
|=»tGÅ3ø9$#
Nä.rãt
y֏t/
öNä3ÏZ»oÿÎ)
tûïÌÏÿ»x.
ÇÊÉÉÈ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya
mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS.
Ali-Imran [3] :100).
2.
Peristiwa berupa kesalahan
yang serius
Seperti halnya dalam surah
al-kaafiruun, ia baca
ö@è%
$pkr'¯»t
crãÏÿ»x6ø9$#
ÇÊÈ ßç6ôãr&
$tB
tbrßç7÷ès?
ÇËÈ
Artinya :
Katakanlah: "Hai orang-orang
kafir. Aku akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dengan
tanpa لأ pada لأَ أعبد peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat :
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãYtB#uä
w
(#qç/tø)s?
no4qn=¢Á9$#
óOçFRr&ur
3t»s3ß
4Ó®Lym
(#qßJn=÷ès?
$tB
tbqä9qà)s?
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid). (QS. An Nisaa’ [4] : 43)
3.
Peristiwa berupa cita-cita
dan keinginan
Sebagai
contoh Imam al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Umar
berkata : “Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal : Aku katakan kepada rasul
bagaimana sekiranya kita jadikan makam Ibrahim tempat shalat.
Adapun sebab-sebab turun ayat dalam bentuk
pertanyaan dapat dikelompokkan kepada 3 macam :
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah
lalu.
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang
berlangsung pada waktu itu.
3. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang.
Asbabun
nuzul yang dikemukakan diatas membawa kepada pembagian ayat-ayat Al-qur’an
kepada dua kelompok :
1. kelompok yang turun tanpa
sebab
2. kelompok yang turun dengan
sebab tertentu
Dapat
diketahui bahwa tidak semua ayat-ayat mempunyai sebab turunnya. Bahkan banyak
ayat yang menyambut keimanan, kewajiban,
dan syari'at agama turun tanpa sabab al Nuzul. Karena pernyataan
sebagian sahabat, seperti Ali, Ibn Mas’ud dan lain-lain, tentang tidak suatu
ayat pun diturunkan kecuali salah seorang mereka mengetahui tentang apa ayat
itu diturunkan, tentang siapa ayat itu diturunkan, dan dimana ayat itu
diturunkan, seharusnya tidak dipahami. Pemahaman ini dipahami melalui beberapa
kemungkinan.
Pertama : Dengan
pernyataan seperti ini mereka bermaksud mengungkapkan betapa kuatnya perhatian
mereka terhadap al-Qur’an dan mengikuti setiap keadaan yang berhubungan
dengannya
Kedua : Mereka
berbaik sangka apa yang mereka dengar dan saksikan pada masa Rasul menginginkan
agar orang mengambil apa yang mereka ketahui itu sehingga tidak akan lenyap
dengan berakhirnya hidup mereka.
Ketiga : Para
periwayat menambah dalam periwayatannya dan membangsakan kepada sahabat.
Al-Qur’an
turun kepada nabi disetiap waktu dalam rentang waktu lebih kurang 23 tahun.
Ayat-ayat al-Qur’an tidak selamanya
turun ketika Nabi berada dalam mesjid dan diwaktu siang hari. Al-Qur’an bisa
turun ketika Nabi berada di Madinah, di Makkah, Arafah dalam perjalanan, di
waktu siang dan malam hari. Tentunya para sahabat tidak mungkin mengikuti Nabi
setiap waktu.
Memang
dimaklumi bahwa para sahabat mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti
perjalanan turunnya wahyu. Intensitas keimanan yang tinggi dan kecintaan mereka
kepada Nabi telah mendorong mereka untuk memberikan perhatian maksimal kepada
apa yang dibawa Nabi sehingga mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-Qur’an,
tetapi juga mereka melestarikan sunnah Nabi. Karena itu, segala apa yang
diketahui tentang sebab-sebab turunnya al-Qur’an diperoleh dari mereka.
Para ulama
salaf sangat berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan Asbab al-Nuzul. Muhammad
Ibn Sirin (w.110 H.) : pernah bertanya kepada ‘Ubaidah tentang suatu ayat al-Qur’an.
Ia menjawab : “Bertakwalah kepada Allah dan katakanlah yang benar. Telah pergi
orang-orang yang mengetahui tentang hal kepada siapa ayat itu diturunkan”.
Akan
tetapi, kewaraan dan kehati-hatian semacam ini tidak sampai menghalangi mereka
untuk menerima riwayat sahabat dalam masalah asbab al-Nuzul, sesungguhnya
perkataan seorang sahabat tentang sesuatu yang tak dapat dijangkau dengan nalar
dan ijtihad, tetapi dasarnya adalah periwayatan dan pendengaran, dipahami bahwa
sahabat mendengar dari Nabi SAW. Sebab, sulit sekali diterima akal bahwa
sahabat mengatakan yang demikian dari pendapatnya sendiri.
Al-Wahidi berkata :“Tidak boleh
memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Qur’an melainkan dengan dasar
riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu diturunkan dan
mengetahui sebab-sebab turunnya serta membahas pengertiannya”.
Al-Hakim menjelaskan dalam ilmu
hadits bahwa apabila seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-Qur’an
diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat al-Qur’an bahwa ayat tersebut turun
tentang sesuatu (kejadian), maka hadits itu dipandang hadits musnad.
Berdasarkan
keterangan di atas, maka asbabun nuzul yang diriwayatkan dari seorang
sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung oleh riwayat yang lain.
Adapun sabab al-Nuzul dengan hadits mursal, yaitu hadits yang gugur dari
sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada
seorang tabi’i, maka riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih
dan dikuatkan oleh hadits mursal lainnya. Disamping itu, periwayatnya harus
pula termasuk imam-imam tafsir yang mengambil tafsirnya dari para sahabat,
seperti Mujtahid, Ikrimah, dan Sa’id Ibn Jubair. Dengan demikian, para ulama
menetapkan bahwa tidak ada jalan untuk mengetahui asbab al-Nuzul kecuali
melalui riwayat yang sahih. Asbab al-Nuzul dari suatu ayat atau
sekelompok ayat tidak selamanya datang dari satu riwayat. Tidak jarang
riwayat-riwayat asbab al-Nuzul bagi
ayat tertentu berbeda-beda yang kadang-kadang memerlukan tarjih. Untuk
melakukan tarjih diperlukan analisis dan ijtihad.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun,
dibagi kepada :
-
Ta’addud al-Asbab Wa
al-Nazil Wahid (sebab turunnya lebih
dari satu dan inti persoalannya yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat
yang turun satu).
-
Ta’addud al-Nazil Wa
al-Sabab Wahid (inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok
ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu).
Sebab turun ayat disebut “Ta’addud” bila ditemukan
dua riwayat yang berbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat atau
sekelompok ayat tertentu. Sebaliknya, sebab turun itu disebut Wahid atau
tunggal bila riwayatnya hanya satu. Suatu ayat atau sekelompok ayat yang turun
disebut Ta’addud al-Nazil, bila persoalan yang terkandung dalam ayat
yang turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan.
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun
ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang
disebutkan lawannya, maka kedua riwayat diteliti dan dianalisis.
Permasalahannya ada empat bentuk yaitu :
1.
Salah satu dari keduanya
sahih dan lainnya tidak.
2.
Keduanya sahih, satunya
mempunyai penguat dan lainnya tidak.
3.
Keduanya sahih dan keduanya
sama-sama tidak mempunyai penguat (murajjih). Akan tetapi, keduanya
dapat diambil sekaligus.
4.
Keduanya sahih, tidak
mempunyai penguat dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.
C.
Ungkapan-Ungkapan Sabab
Al-Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang digunakan
para sahabat untuk menunjukkan sebab turunnya al Qur’an tidak selamanya sama.
Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk yaitu sebagai
berikut :
1.
Sabab al-Nuzul disebutkan
dengan ungkapan yang jelas, seperti :
سَبَبُ نُزوْ لِ هذِ
هِ اْ لا يَةِ كَذَ ا(Sebab
turun ayat ini demikian). Dan tidak mengandung kemungkinan makna lain.
2.
Sabab al-nuzul tidak
ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan mendatangkan lafal ف setelah
pemaparan suatu peristiwa atau kejadian yang menunjukkan peristiwa itu adalah
sebab bagi turunnya ayat tersebut.
3.
Sabab al-Nuzul dapat
dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya, seperti sebab turunnya ayat
tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud
4.
Sabab al-Nuzul mengandung
makna sebab dan makna lainnya, yaitu tentang hukum kasus atau persoalan yang
sedang dihadapi. Menurut al-Zarqani, satu-satunya jalan untuk menentukan salah
satu dari dua makna yang terkandung dalam ungkapan itu adalah konteks
pembicaraannya. Al-Zarqani menjelaskan bahwa jika ditemukan dua ungkapan
tentang persoalan yang sama, salah satu daripadanya secara nash menunjukkan
sebab turunnya suatu ayat atau sekelompok ayat, sedang lainnya tidak demikian,
maka diambil ungkapan yang pertama dan yang lainnya dianggap penjelasan bagi
hukum yang terkandung dalam ayat tersebut. Misalnya riwayat al-Bukhari dari Ibn
Umar. Ibn Umar berkata : ”Masalah mendatangi
(menggauli) perempuan-perempuan pada dubur mereka”.
PENUTUP
Simpulan :
Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab
turunnya suatu ayat dari Allah SWT secara berangsur-angsur baik bentuk
peristiwa maupun berbentuk pertanyaan. Dan ayat-ayat al-Qur’an tidak selamanya
turun ketika Nabi SAW. berada didalam mesjid dan diwaktu siang hari. Karena
ayat al-Qur’an juga bisa diturunkan ketika Nabi berada di Madinah, Mekkah,
Arafah dalam perjalanan dan juga dikarenakan sahabat mempunyai semangat yang
tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu dan juga melestarikan
sunnahnya Nabi.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun,
dibagi kepada :
-
Ta’addud al-Asbab Wa
al-Nazil Wahid (sebab turunnya lebih
dari satu dan inti persoalannya yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat
yang turun satu).
-
Ta’addud al-Nazil Wa
al-Sabab Wahid (inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok
ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu).
Ungkapan-ungkapan yang digunakan
para sahabat untuk menunjukkan sebab turunnya al Qur’an tidak selamanya sama.
Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk yaitu sebagai
berikut :
1.
Sabab al-Nuzul disebutkan
dengan ungkapan yang jelas, seperti :
سَبَبُ نُزوْ لِ
هذِ هِ اْ لا يَةِ كَذَ ا(Sebab
turun ayat ini demikian). Dan tidak mengandung kemungkinan makna lain.
2.
Sabab al-nuzul tidak
ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan mendatangkan lafal ف setelah
pemaparan suatu peristiwa atau kejadian yang menunjukkan peristiwa itu adalah
sebab bagi turunnya ayat tersebut.
3.
Sabab al-Nuzul dapat
dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya, seperti sebab turunnya ayat
tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud.
4.
Sabab al-Nuzul mengandung
makna sebab dan makna lainnya, yaitu tentang hukum kasus atau persoalan yang
sedang dihadapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Rosihuon. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung.
2000.
Wahid, Rahli Abdul. Ulumul Qur’an. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 1996.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Bina Ilmu.
Surabaya. 1982.
Langganan:
Postingan (Atom)